Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Muhaimin Iskandar menargetkan penurunan angka pengangguran di Indonesia hingga mencapai kisaran 5,5- 5,8% pada akhir 2013. Angka ini akan terus turun menjadi 5,1% pada tahun berikutnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran hingga Februari 2013 adalah 7,17 juta orang atau sekitar 5,92% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 121,2 juta orang. Jika menggunakan acuan jumlah angkatan kerja tersebut, maka angka pengangguran di Indonesia pada akhir tahun berkisar 6,66 juta-7 juta orang.
Menurut Muhaimin, perkiraan tingkat pengangguran di level 5,5%–5,8% pada tahun ini cukup realitas dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,8%-7,2%, di mana setiap 1% pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lebih dari 350 ribu kesempatan kerja.
“Pemerintah terus berupaya untuk membuka lapangan pekerjaan baru baik di bidang formal maupun informal. Salah satu solusi untuk menekan angka pengangguran adalah dengan menggelar Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) di seluruh Indonesia,” kata Menakertrans Muhaimin Iskandar seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Sabtu (29/6/2013).
Muhaimin mengatakan, pemerintah memprioritaskan penciptaan lapangan pekerjaan baik formal maupun informal serta upaya penciptaan lapangan kerja yang dipadukan dengan program aksi pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.
Salah satu kebijakan lainnya yang diambil adalah menyelenggarakan Program Aksi Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya menurunkan angka pengangguran menjadi 5,1% pada 2014.
“Meskipun kondisi ketenagakerjaan di Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahun, namun upaya untuk membuka lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran terus dilakukan secara intensif,” ujar Muhaimin.
Menurut Muhaimin, pemerintah optimistis dapat menurunkan angka pengangguran secara bertahap. Namun diperlukan suatu komitmen yang diimplementasikan dalam bentuk usaha yang serius dari seluruh kalangan yakni instansi pemerintah, dunia usaha dan seluruh komponen masyarakat untuk mengatasi pengangguran yang dilakukan secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan berkesinambungan.
"Salah satunya adalah dengan meningkatkan SDM dengan membangun kompetensi tenaga kerja yang memiliki daya saing guna perluasan kesempatan kerja. Yang lebih utama lagi bagimana kita dapat mengembangkan jiwa kewirausahaan pada pencari kerja tendidik," katanya.
Muhaimin mengatakan terbatasnya kesempatan kerja baru serta tidak adanya link and match antara kompetensi yang dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja menjadi salah satu penyebab masalah tingginya tingkat pengangguran di negeri ini.
Di sisi lain, di sektor formal, penciptaan lapangan kerja baru membutuhkan kehadiran investor untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya produktivitas kerja.
"Oleh karena itu, hubungan industrial yang kondusif dan harmonis menjadi syarat agar investor tertarik dan membuka investasi baru,” papar Muhaimin. (Ndw)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran hingga Februari 2013 adalah 7,17 juta orang atau sekitar 5,92% dari jumlah angkatan kerja di Indonesia yang mencapai 121,2 juta orang. Jika menggunakan acuan jumlah angkatan kerja tersebut, maka angka pengangguran di Indonesia pada akhir tahun berkisar 6,66 juta-7 juta orang.
Menurut Muhaimin, perkiraan tingkat pengangguran di level 5,5%–5,8% pada tahun ini cukup realitas dengan asumsi pertumbuhan ekonomi di kisaran 6,8%-7,2%, di mana setiap 1% pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan lebih dari 350 ribu kesempatan kerja.
“Pemerintah terus berupaya untuk membuka lapangan pekerjaan baru baik di bidang formal maupun informal. Salah satu solusi untuk menekan angka pengangguran adalah dengan menggelar Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) di seluruh Indonesia,” kata Menakertrans Muhaimin Iskandar seperti dikutip dari laman Sekretariat Kabinet, Sabtu (29/6/2013).
Muhaimin mengatakan, pemerintah memprioritaskan penciptaan lapangan pekerjaan baik formal maupun informal serta upaya penciptaan lapangan kerja yang dipadukan dengan program aksi pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas.
Salah satu kebijakan lainnya yang diambil adalah menyelenggarakan Program Aksi Gerakan Penanggulangan Pengangguran (GPP) di berbagai daerah di Indonesia dalam upaya menurunkan angka pengangguran menjadi 5,1% pada 2014.
“Meskipun kondisi ketenagakerjaan di Indonesia semakin membaik dari tahun ke tahun, namun upaya untuk membuka lapangan kerja baru dan mengurangi angka pengangguran terus dilakukan secara intensif,” ujar Muhaimin.
Menurut Muhaimin, pemerintah optimistis dapat menurunkan angka pengangguran secara bertahap. Namun diperlukan suatu komitmen yang diimplementasikan dalam bentuk usaha yang serius dari seluruh kalangan yakni instansi pemerintah, dunia usaha dan seluruh komponen masyarakat untuk mengatasi pengangguran yang dilakukan secara terencana, terkoordinasi, terpadu dan berkesinambungan.
"Salah satunya adalah dengan meningkatkan SDM dengan membangun kompetensi tenaga kerja yang memiliki daya saing guna perluasan kesempatan kerja. Yang lebih utama lagi bagimana kita dapat mengembangkan jiwa kewirausahaan pada pencari kerja tendidik," katanya.
Muhaimin mengatakan terbatasnya kesempatan kerja baru serta tidak adanya link and match antara kompetensi yang dimiliki tenaga kerja dengan pasar kerja menjadi salah satu penyebab masalah tingginya tingkat pengangguran di negeri ini.
Di sisi lain, di sektor formal, penciptaan lapangan kerja baru membutuhkan kehadiran investor untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya produktivitas kerja.
"Oleh karena itu, hubungan industrial yang kondusif dan harmonis menjadi syarat agar investor tertarik dan membuka investasi baru,” papar Muhaimin. (Ndw)