Sukses

[VIDEO] Meraup Untung dengan Lukisan Kulit Telur

Jika pandai mengambil peluang, pundi uang rumah tangga justru bisa dipenuhi dari limbah tersebut, seperti limbah kulit telur.

Limbah rumah tangga tak musti berakhir di bak sampah. Jika pandai mengambil peluang, pundi keuangan rumah tangga justru bisa bertambah dengan memanfaatkan limbah tersebut. Sebagai contoh, limbah kulit telur yang tentu banyak dikonsumsi masyarakat.

Awal Mula Merintis Usaha

Berawal dari keisengan berbuah manis, dilakukan pria bernama lengkap Cahyudi Susanto. Pria yang disapa dengan panggilan Yudi, awalnya melihat banyak kulit telur terbuang dari limbah keluarganya.

Dia pun mencoba-coba memanfaatkan kulit telur dengan membuat desain kaligrafi. Ingin lebih berbeda, Yudi mencoba membuat sketsa wajah memakai kulit telur tersebut.

Hasilnya, lukisan wajah unik nan indah tercipta. Secara bertahap, dia pun mulai pandai membuat replika wajah tokoh-tokoh terkenal di dalam maupun luar negeri.

Bertempat di sebuah workshop di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur, Yudi mulai mengenalkan karyanya ke masyarakat. Workshop tersebut diberi nama Egg Arts.

Lukisan kulit telur pertama yang dibuatnya bergambar Mantan Presiden Indonesia Soeharto. Cetakan wajah Presiden kedua RI ini, diambil dari uang pecahan Rp 50 ribu pada masa itu.

"Itu pertama kali saya bikin, ternyata bagus. Itu juga menjadi karya pertama saya yang laku terjual, waktu itu dibeli oleh Mba Tutut (Siti Hardiyanti Rukmana)," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, baru-baru ini.

Setelah itu, Yudi rutin membuat lukisan dari kulit telur. Paling tidak dalam satu bulan, dia bisa menghasilkan satu lukisan.

Bahan Baku dan Proses Pembuatan

Pada awalnya, sebelum memulai proses pembuatan, Yudi memisahkan warna-warna kulit telur sesuai gradasi warna mulai dari dominan warna tua hingga warna paling muda.

Bahkan dia mengetahui, jika dari satu telur ayam negeri memiliki hingga 40 macam warna. Sementara kulit telur ayam kampung dan telur bebek masing-masing memiliki 8 macam warna.

Saat ini karena sudah piawai, secara otomatis, Yudi mampu mengenali perbedaan warna tersebut dan tidak lagi memisah-misahkan warna telur tersebut.

Peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk membuat karya seni ini terbilang cukup mudah didapatkan, seperti sisa kulit telur, triplek, lem, dan bingkai. Mungkin hanya bingkai saja yang terhitung sedikit mahal.

Walaupun proses pembuatannya terlihat mudah, namun membutuhkan keterampilan, ketelitian dan kesabaran ekstra untuk mendapatkan hasil wajah yang presisi.

Menurut Yudi, bagian yang paling sulit saat proses produksi adalah ketika membuat bagian mata dan mulut. Pada kedua bagian tersebut dibutuhkan ketelitian saat pemilihan warna kulit telur agar hasilnya mirip seperti contoh foto atau aslinya.

"Untuk mata bisa sampai bolak balik copot itu sampai 4 hari baru bisa membentuk mata yang sesuai dengan gambar mata atau mulut," kata ayah 3 orang anak ini.

Dia mengatakan, untuk 1 meter persegi lukisan, paling tidak membutuhkan 250-300 kulit telur. Bahan baku utama yang berupa kulit telur tersebut tidak pernah dia beli secara khusus.

Dia mengaku hanya mengandalkan sisa kulit telur dari rumahnya saja, atau ada beberapa teman atau tetangga yang memberikan secara suka rela, terutama untuk kulit telur ayam kampung yang lebih sulit ditemui dibanding telur ayam negeri.

Cara Pemasaran dan omzet

Pemasaran produk Yudi cukup sederhana. Cuma lewat internet atau dari mulut ke mulut saja. Tokoh-tokoh terkenal pun ternyata banyak yang membeli hasil karyanya tersebut seperti Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi), pengusaha Chairul Tanjung, Prabowo Subianto, Fadli Zon dan lain-lain.

Banyaknya para tokoh terkenal sebagai pelanggan karena memang harga untuk satu lukisan terbilang tidak murah, berkisar antara Rp 5 juta hingga ada yang laku terjual Rp 45 juta.

Penentuan harga ini, disesuaikan dengan ukuran, bentuk tingkat kesulitan dan siapa sosok yang ada dalam lukisan lukisan tersebut. "Dan bagaimana mereka menghargai lukisannya sendiri," lanjut dia.

Selain dari Jakarta, pembeli karya Yudi juga berasal dari luar pulau Jawa seperti Kalimantan dan Papua. Bahkan di Kalimantan dia telah memiliki pelanggan sebuah perusahaan.

Perusahaan ini kerap memesan karyanya sebagai kenang-kenangan bila ada karyawan atau petinggi yang pensiun atau mengundurkan diri.

Untuk omzet per bulan terhitung cukup besar. Meskipun enggan menyebutkan secara spesifik namun bila tiap bulan Yudi mampu menjual paling tidak 1 lukisan, maka bisa dibayangkan berapa pendapatan di tangannya dari kreatifitas memanfaatkan 'sampah' kulit telur ini.

Kendala Produksi

Dalam pembuatan karyanya ini, Yudi mengaku tidak mengalami kendala sama sekali, baik dari segi pemasaran maupun bahan baku.

Satu permasalahan yang dihadapi hanya saat dia sakit. Kondisi ini otomatis membuat pekerjaan tertunda. "Ya mudah-mudahan saya sehat terus, karena kalau saya sakit tidak ada yang bisa meneruskan, anak atau istri saya belum bisa," lanjut dia.

Lukisan yang paling berkesan menurut dia, yaitu lukisan tokoh pewayangan Semar dan Proklamator RI Ir. Soekarno, karena selain ukurannya yang mencapai 120 cm x 90 cm, namun juga memiliki unsur mistis.

"Lukisan Semar dan Soekarno memakan waktu pengerjaan paling lama, sekitar 4 bulan. (Lukisan)Soekarno ini pernah dipamerin di Netherland, pernah ada yang menawar Rp 75 juta, tetapi belum mau saya jual kalau ada yang berani lebih mahal baru saya jual," papar pria kelahiran 21 April 1964 ini.

Sampai saat ini, Yudi telah membuat sekitar 50 karya seni kulit telur ini. Kedepannya, selain membuat sketsa wajah, dia juga berencana membuat karya yang lebih besar dari karya-karya sebelumnya seperti lukisan Candi Borobudur namun dengan ukuran yang lebih besar dari karya-karya sebelumnya. (dny/Nur)