Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Mari Elka Pangestu mengaku bangga terhadap industri fashion di tanah air. Karena pelaku usaha mampu memproduksi langsung busana-busana berkualitas di dalam negeri tanpa perlu impor.
"Mulai dari bahan, kain, brokat, sampai manik-manik saat ini sudah diproduksi di dalam negeri. Beberapa tahun lalu, memang harus impor karena keterbatasan produksi lokal. Menurut saya, sejauh impor tapi dengan harga bersaing tidak apa," tukas dia di pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Dia menuturkan, paling penting dari industri fashion adalah kepemilikan merek dagang. Pasalnya konsumen rela merogoh kocek lebih dalam bila sebuah produk mempunyai label sehingga dapat mengangkat nilai produk.
"Kalau harganya lebih mahal, tapi bermerek dan mereka mau bayar. Biasanya memang itu untuk kalangan menengah ke atas. Namun ada juga masyarakat golongan menengah ke bawah yang tidak terlalu mementingkan merek asal harganya," jelas Mari.
Sebuah merek dagang, sambung dia, mampu mengangkat harga jual produk. Terlebih lagi dengan strategi pemasaran yang merambah jejaring sosial sehingga dapat mempublikasikan merek dagang mereka.
"Penjualan di pusat perbelanjaan Tanah Abang dan Thamrin City masih sangat stabil atau lebih baik dari tahun lalu. Artinya permintaan busana muslim dari waktu ke waktu mengalami peningkatan," jelas dia.
Ekspor dari industri kreatif pada tahun lalu mencapai Rp 87 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), di mana sebesar Rp 67 triliun disumbang dari industri fashion. (Fik/Ndw)
"Mulai dari bahan, kain, brokat, sampai manik-manik saat ini sudah diproduksi di dalam negeri. Beberapa tahun lalu, memang harus impor karena keterbatasan produksi lokal. Menurut saya, sejauh impor tapi dengan harga bersaing tidak apa," tukas dia di pusat perbelanjaan Thamrin City, Jakarta, Kamis (11/7/2013).
Dia menuturkan, paling penting dari industri fashion adalah kepemilikan merek dagang. Pasalnya konsumen rela merogoh kocek lebih dalam bila sebuah produk mempunyai label sehingga dapat mengangkat nilai produk.
"Kalau harganya lebih mahal, tapi bermerek dan mereka mau bayar. Biasanya memang itu untuk kalangan menengah ke atas. Namun ada juga masyarakat golongan menengah ke bawah yang tidak terlalu mementingkan merek asal harganya," jelas Mari.
Sebuah merek dagang, sambung dia, mampu mengangkat harga jual produk. Terlebih lagi dengan strategi pemasaran yang merambah jejaring sosial sehingga dapat mempublikasikan merek dagang mereka.
"Penjualan di pusat perbelanjaan Tanah Abang dan Thamrin City masih sangat stabil atau lebih baik dari tahun lalu. Artinya permintaan busana muslim dari waktu ke waktu mengalami peningkatan," jelas dia.
Ekspor dari industri kreatif pada tahun lalu mencapai Rp 87 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), di mana sebesar Rp 67 triliun disumbang dari industri fashion. (Fik/Ndw)