PT Chandra Asri Petrochemical Tbk dan Ferrostaal Industrial Project GmBH menandatangani nota kesepahaman (MoU) pengembangan kompleks pabrik olefin barbasis metanol di Teluk Bintuni, Papua Barat. Sebelumnya kedua perusahaan terlebih dulu menggelar studi kelayakan bekerjasama dengan Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemenperin Panggah Susanto menyatakan pembagunan kompleks ini sangat penting untuk mengurangi importasi produk-produk petrokimia hulu seperti propylene, ethylene dan methanol, serta produk petrokimia seperti polypropylene dan polythylene.
"Karena selaras dengan peningkatan industri dalam negeri maka meningkat pula kebutuhan bahan baku dan barang modal seperti itu. Nah dengan adanya proyek ini akan mengurangi importasi bahan baku tersebut, karena proritasnya memang untuk kebutuhan dalam negeri," ujar dia di gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2013).
Pemilihan lokasi di Papua Barat sendiri karena potensi gas bumi di wilayah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia berbasis amoniak dan metanol untuk menghasilkan produk akhir pupuk urea dan produk antara polipropilena yang akan mendukung pengembangan industri petrokimia nasional.
"Kemenperin memang sedang menggalakan pembangunan pabrik kimia di Teluk Bintuni ini, sehingga proyek ini memiliki nilai tambah lebih karena dibangun diwilayah Papua dimana pemerintah memang meminta untuk pengembangan tanah Papua," lanjutnya.
Dengan nilai investasi mencapai US$ 1,8 miliar, Ferrostaal akan membangun pabrik metanol berbahan baku gas bumi yang hasilnya akan dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik polipropilena dengan kapasitas sebesar 400 ribu ton per tahun dan pabrik etilena dengan kapasitas 175 ribu ton per tahun.
Konstruksi pembangunan kompleks pabrik ini rencananya akan dimulai setelah mendapatkan kepastian soal alokasi gas yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian ESDM.
Ferrostaal Industrial Projects GmbH sendiri merupakan perusahaan multinasinal yang bergerak di bidang petrokimia yang telah membangun kompleks pabrik metanol di Trinidad dan Tobago dengan kapasitas mencapai 4,1 juta ton per tahun serta di Oman dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. (Dny/Nur)
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kemenperin Panggah Susanto menyatakan pembagunan kompleks ini sangat penting untuk mengurangi importasi produk-produk petrokimia hulu seperti propylene, ethylene dan methanol, serta produk petrokimia seperti polypropylene dan polythylene.
"Karena selaras dengan peningkatan industri dalam negeri maka meningkat pula kebutuhan bahan baku dan barang modal seperti itu. Nah dengan adanya proyek ini akan mengurangi importasi bahan baku tersebut, karena proritasnya memang untuk kebutuhan dalam negeri," ujar dia di gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Kamis (18/7/2013).
Pemilihan lokasi di Papua Barat sendiri karena potensi gas bumi di wilayah tersebut dapat digunakan sebagai bahan baku industri petrokimia berbasis amoniak dan metanol untuk menghasilkan produk akhir pupuk urea dan produk antara polipropilena yang akan mendukung pengembangan industri petrokimia nasional.
"Kemenperin memang sedang menggalakan pembangunan pabrik kimia di Teluk Bintuni ini, sehingga proyek ini memiliki nilai tambah lebih karena dibangun diwilayah Papua dimana pemerintah memang meminta untuk pengembangan tanah Papua," lanjutnya.
Dengan nilai investasi mencapai US$ 1,8 miliar, Ferrostaal akan membangun pabrik metanol berbahan baku gas bumi yang hasilnya akan dimanfaatkan sebagai bahan baku di pabrik polipropilena dengan kapasitas sebesar 400 ribu ton per tahun dan pabrik etilena dengan kapasitas 175 ribu ton per tahun.
Konstruksi pembangunan kompleks pabrik ini rencananya akan dimulai setelah mendapatkan kepastian soal alokasi gas yang akan dikoordinasikan dengan Kementerian ESDM.
Ferrostaal Industrial Projects GmbH sendiri merupakan perusahaan multinasinal yang bergerak di bidang petrokimia yang telah membangun kompleks pabrik metanol di Trinidad dan Tobago dengan kapasitas mencapai 4,1 juta ton per tahun serta di Oman dengan kapasitas 1 juta ton per tahun. (Dny/Nur)