Waduk Bajulmati yang terletak di perbatasan Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo ditargetkan selesai dibangun pada akhir 2014. Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Bambang Goeritno, waduk seluas 115,5 hektare (ha) itu bisa langsung di airi untuk kebutuhan air baku maupun irigasi. Â
"Selain direncanakan untuk penyediaan air irigasi, waduk tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan air bersih di pelabuhan Banyuwangi dan warga setempat," ungkap dia seperti dikutip dari laman Kementerian PU, Jumat (19/7/2013).
Menurut dia, air tersebut diperuntukkan untuk peningkatan penyediaan irigasi dalam upaya menunjang intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian seluas 1.800 ha. Penyediaan air baku untuk air bersih sebesar 50 liter per detik untuk melayani 18.000 kepala keluarga dan 60 liter per detik untuk pelabuhan dan pengembangan industri di Banyuwangi.
Selain itu, waduk tersebut juga berfungsi sebagai tambahan pasokan tenaga listrik melalui Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro sebesar 340 Kilowatt. Banyuwangi dan Situbondo merupakan dua kabupaten penghasil beras di Jawa Timur.
Namun wilayah tersebut belum dikembangkan secara maksimal karena masalah keterbatasan air yakni pada musim hujan, air langsung terbuang ke laut. Sedangkan pada musim kemarau kekurangan air.
"Oleh karena itu, pembangunan waduk Bajulmati diharapkan dapat meningkatkan produksi beras sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat," jelas Bambang.
Pembangunan waduk Bajulmati dilakukan sejak 2006 tersebut terdapat permasalahan teknis yakni kondisi aktual geologi di lokasi maindam dan cofferdam. Lokasi maindam merupakan hasil kegiatan gunung api kwarter (quartenary volcanic rock), gunung api ijen, gunung api baluran, endapan sungai lama, endapan terrace dan endapan saat ini.
Hal ini membuat para teknisi kesulitan dalam menentukan metode perbaikan pondasi bendungan dan metode proteksi terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran pada pondasi bendungan utama.
"Mudah-mudahan semua kendala bisa teratasi"Â ungkap Bambang. (Dny/Ndw)
"Selain direncanakan untuk penyediaan air irigasi, waduk tersebut juga untuk memenuhi kebutuhan air bersih di pelabuhan Banyuwangi dan warga setempat," ungkap dia seperti dikutip dari laman Kementerian PU, Jumat (19/7/2013).
Menurut dia, air tersebut diperuntukkan untuk peningkatan penyediaan irigasi dalam upaya menunjang intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian seluas 1.800 ha. Penyediaan air baku untuk air bersih sebesar 50 liter per detik untuk melayani 18.000 kepala keluarga dan 60 liter per detik untuk pelabuhan dan pengembangan industri di Banyuwangi.
Selain itu, waduk tersebut juga berfungsi sebagai tambahan pasokan tenaga listrik melalui Pembangkit Tenaga Listrik Mikro Hidro sebesar 340 Kilowatt. Banyuwangi dan Situbondo merupakan dua kabupaten penghasil beras di Jawa Timur.
Namun wilayah tersebut belum dikembangkan secara maksimal karena masalah keterbatasan air yakni pada musim hujan, air langsung terbuang ke laut. Sedangkan pada musim kemarau kekurangan air.
"Oleh karena itu, pembangunan waduk Bajulmati diharapkan dapat meningkatkan produksi beras sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat," jelas Bambang.
Pembangunan waduk Bajulmati dilakukan sejak 2006 tersebut terdapat permasalahan teknis yakni kondisi aktual geologi di lokasi maindam dan cofferdam. Lokasi maindam merupakan hasil kegiatan gunung api kwarter (quartenary volcanic rock), gunung api ijen, gunung api baluran, endapan sungai lama, endapan terrace dan endapan saat ini.
Hal ini membuat para teknisi kesulitan dalam menentukan metode perbaikan pondasi bendungan dan metode proteksi terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran pada pondasi bendungan utama.
"Mudah-mudahan semua kendala bisa teratasi"Â ungkap Bambang. (Dny/Ndw)