Sukses

Pembeli Berkurang, Parcel Barang Pecah Belah Tak Banyak Diburu

Berkurangnya pesanan parcel barang pecah belah yang sebagian besar berasl dari instansi pemerintah membuat penjualan terus menurun.

Meskipun angka penjualan pada tahun ini diperkirakan menurun, namun parcel isi makanan ringan masih menjadi favorit. Hal tersebut diakui Lia (32), pengusaha parcel di Jalan H Samali, Jakarta Selatan.

Lia mengatakan parcel isian makanan seperti biskuit dan minuman masih menjadi favorit para pelanggannya, yang biasanya dipesan untuk diberikan kepada kerabat atau rekan kerja. "Kalau saat ini, parcel isi snack makanan jadi yang paling banyak dipesan. Karena harganya yang cenderung lebih murah dan lebih menarik pengemasannya," ujarnya saat diberbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, seperti ditulis Minggu (21/7/2013).

Untuk parcel makanan ringan ini, Lia mengaku membanderol harga mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 1,5 juta tergantung ukuran dan jenis-jenis makanan yang ada didalamnya. Selain menjual parcel isi makanan ringan, wanita yang sudah berjualan parcel sejak 10 tahun lalu tersebut juga menawarkan parcel dengan isi barang pecah belah.

Untuk parcel barang pecah belah yang berisi peralatan makan seperti piring, gelas, sendok, garpu dan lain-lain, dibandrolnya dengan harga Rp 350 ribu hingga Rp 3,5 juta tergantung jenis barang pecah belahnya. "Kalau yang mahal itu seperti kristal, karena harga barangnya sendiri kan memang sudah mahal," lanjutanya.

Menurut Lia, sebenarnya dahulu orang lebih banyak memilih parcel barang pecah belah karena dianggap lebih 'berkelas' dibanding dengan parcel dalam bentuk makanan yang bisa habis karena dimakan. Namun semakin berkurangnya pembeli dari instansi pemerintahan dan pekerja kantoran, pembelian parcel pun kini beralih kepada parcel makanan.

"Kalau dibandingkan, mungkin sekitar 10% parcel barang pecah belah, 90% parcel makanan, jauh menurun," tandasnya.(Dny/Shd)