Turunnya omset penjualan parcel ternyata berimbas juga terhadap pada usaha dibidang lain, seperti distributor bahan-bahan kebutuhan parcel serta usaha pembuatan keranjang parcel. Hal tersebut diungkapkan oleh Lia (32) salah satu penjual parcel di Jalan H. Samali Jakarta Selatan.
Lia yang juga memiliki usaha distribusi bahan-bahan kebutuhan parcel seperti makanan ringan, minuman, barang pecah belah hingga aksesoris penghias parcel ini menjelaskan, seiring berkurangnya permintaan parcel, omset distributor bahan-bahan kebutuhan parcel bagi para pengrajin parcel juga ikut menurun.
"Kalau dulu sebagai distributor saja saya bisa meraup untung sekitar Rp 5 juta sampai Rp 7 juta perbulan, tetapi sekarang paling hanya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 4 juta," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Minggu (21/7/2013).
Hal senada juga dikatakan oleh Arif (43) pembuat keranjang parcel di sekitar jalan tersebut. Menurut Arif, jika dulu dalam sebulan dia biasa mendapatkan pesanan sekitar 100-150 keranjang, namun kini dia hanya mampu menjual 50-80 keranjang per bulannya. "Itu juga paling banyak pesanan saat mau Lebaran atau Natal, kalau hari-hari biasa sih sedikit," katanya.
Arif sendiri mengaku dapat bertahan pada usaha pembuatan keranjang ini karena keranjang biasanya tidak hanya dipesan untuk parcel saja, tetapi juga banyak dipesan sebagai wadah seserahan untuk pernikahan. "Kalau hanya mengandalkan dari penjual parcel saja mungkin sedikit sekali, karena bisnis mereka saja lagi lesu," ujarnya.
Harga untuk keranjang yang dijual Arif pun bermacam-macam mulai dari Rp 20 ribu sampai paling mahal Rp 50 ribu, tergantung ukuran, bentuk serta bahan yang digunakan. Untuk ukuran mulai dari kecil, sedang hingga besar, bentuknya pun bermacam-macam seperti persegi panjang, bulat, oval serta bentuk hati, sedangkan bahan yang digunakan seperti tikar, bambu, pandan dan kayu. "Kalau yang paling laku itu dari bambu yang bentuknya oval, sebulan bisa ada pesanan 30 keranjang untuk itu," tandasnya. (Dny/Shd)
Lia yang juga memiliki usaha distribusi bahan-bahan kebutuhan parcel seperti makanan ringan, minuman, barang pecah belah hingga aksesoris penghias parcel ini menjelaskan, seiring berkurangnya permintaan parcel, omset distributor bahan-bahan kebutuhan parcel bagi para pengrajin parcel juga ikut menurun.
"Kalau dulu sebagai distributor saja saya bisa meraup untung sekitar Rp 5 juta sampai Rp 7 juta perbulan, tetapi sekarang paling hanya sekitar Rp 2 juta sampai Rp 4 juta," ungkapnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta seperti ditulis Minggu (21/7/2013).
Hal senada juga dikatakan oleh Arif (43) pembuat keranjang parcel di sekitar jalan tersebut. Menurut Arif, jika dulu dalam sebulan dia biasa mendapatkan pesanan sekitar 100-150 keranjang, namun kini dia hanya mampu menjual 50-80 keranjang per bulannya. "Itu juga paling banyak pesanan saat mau Lebaran atau Natal, kalau hari-hari biasa sih sedikit," katanya.
Arif sendiri mengaku dapat bertahan pada usaha pembuatan keranjang ini karena keranjang biasanya tidak hanya dipesan untuk parcel saja, tetapi juga banyak dipesan sebagai wadah seserahan untuk pernikahan. "Kalau hanya mengandalkan dari penjual parcel saja mungkin sedikit sekali, karena bisnis mereka saja lagi lesu," ujarnya.
Harga untuk keranjang yang dijual Arif pun bermacam-macam mulai dari Rp 20 ribu sampai paling mahal Rp 50 ribu, tergantung ukuran, bentuk serta bahan yang digunakan. Untuk ukuran mulai dari kecil, sedang hingga besar, bentuknya pun bermacam-macam seperti persegi panjang, bulat, oval serta bentuk hati, sedangkan bahan yang digunakan seperti tikar, bambu, pandan dan kayu. "Kalau yang paling laku itu dari bambu yang bentuknya oval, sebulan bisa ada pesanan 30 keranjang untuk itu," tandasnya. (Dny/Shd)