Sukses

Kebijakan BI Beri Sentimen Negatif Pelemahan Rupiah

Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dan lelang valas dinilai kan memberi sentimen negatif terhadap rupiah.

Kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) dan lelang valas dinilai Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Purbaya Yudhi Sadewa hanya akan memberi sentimen negatif terhadap nilai tukar (kurs) rupiah.

"Lelang valas tidak menjawab dari pelemahan rupiah. BI harus merubah pandangan kalau pelemahan rupiah karena defisit transaksi berjalan, sebab faktor tersebut tidak bahaya bagi ekonomi Indonesia kalau di tangani dengan betul," ungkap dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (22/7/2013).

Cara pandang ini, menurut Purbaya justru berdampak pada perlambatan ekonomi Indonesia bahkan cenderung memperlemah laju rupiah. BI sendiri dinilai cukup panik saat kurs rupiah menembus level Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

Kebijakan lain seperti menaikkan BI Rate, kata dia, bukan jawaban untuk memperkuat rupiah. Purbaya mencontohkan penguatan rupiah di Desember 2008 paska BI menurunkan suku bunga acuan.

"Saat itu rupiah menguat signifikan Rp 1.000 dari Rp 13 ribu menjadi Rp 12 ribu dalam 5 hari setelah bunga diturunkan. Kebijakan yang salah bisa menimbulkan sentimen negatif yang salah terhadap rupiah," jelasnya.

Ketika langkah yang diambil salah, lanjut dia, kebijakan lain seperti SWAP valas dan lainnya seperti tidak berguna. Sebab secara keseluruhan justru memberikan sentimen negatif kepada rupiah.

"Kalau bunga dinaikkan terlalu tinggi, investor akan berpikir kecenderungan ekonomi melambat, sehingga orang yang investasi di Indonesia akan menarik dananya ke luar dan otomatis rupiah bakal melemah. Pakai doa sekalipun tidak akan bisa masuk," tambah Purbaya.

Namun dia optimistis, gerak rupiah tidak akan jauh melampaui asumsi pemerintah sampai dengan akhir tahun sebesar Rp 9.600 per dolar AS.

"Kalaupun meleset paling Rp 9.800 per dolar AS di Desember 2013 dan tidak signifikan menganggu sustainable dari bujet (APBN) sendiri," pungkas dia. (Fik/Nur)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini