Direktur Utama Perum Bulog, Sutarto Alimoeso angkat bicara soal kabar yang menyebut daging sapi impor kurang diminati pembeli dan pedagang di pasar. Bahkan ada pedagang di daerah yang menolak secara tegas keberadaan daging impor tersebut.
Â
"Kalau ada yang mempersoalkan hal tersebut sepertinya terlalu berlebihan. Tapi biarlah, karena itu adalah pendapat dari masyarakat," ungkap dia di Jakarta, seperti ditulis Rabu (24/7/2013).
Â
Sutarto menjelaskan, selama ini pasar tradisional belum secara terbuka memasarkan daging impor. Padahal dari sisi kualitas, daging impor selalu menjadi langganan restoran, katering dan hotel.
Â
"Kalau makan steak, itu kan daging impor dari Australia atau Amerika Serikat. Sama halnya dengan daging wagyu dari Jepang. Justru lebih enak, lebih empuk," ujarnya.
Â
Lebih jauh dia mengatakan, tidak sedikit masyarakat yang sudah mengetahui dan memahami beberapa merek daging impor dari Australia. Bahkan sampai hafal daging tersebut berasal dari rumah potong hewan (RPH/slaughterhouse) yang halal."Kalau merek lain mungkin perlu dicurigai," ucap dia.
Â
Sutarto menjamin pihaknya bekerjasama dengan RPH yang memiliki sertifikasi halal dari lembaga Nahdlatul Ulama di Australia, mengingat banyak pula beredar RPH tidak halal di negeri Kanguru tersebut.
Â
"Tidak semua RPH halal, makanya kami harus pilih yang halal. Karena kalau masuk ke Indonesia dan daging tidak halal, pasti bakal ditolak oleh Badan Karantina," tandas dia.
Â
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa enggan berkomentar terkait respon penolakan maupun rasa tidak suka masyarakat dan pedagang terkait daging sapi impor oleh Bulog. "Oh ya? Masa sih? Nanti saya coba tanya Bulog," katanya kepada Liputan6.com. (Fik/Ndw)
Â
"Kalau ada yang mempersoalkan hal tersebut sepertinya terlalu berlebihan. Tapi biarlah, karena itu adalah pendapat dari masyarakat," ungkap dia di Jakarta, seperti ditulis Rabu (24/7/2013).
Â
Sutarto menjelaskan, selama ini pasar tradisional belum secara terbuka memasarkan daging impor. Padahal dari sisi kualitas, daging impor selalu menjadi langganan restoran, katering dan hotel.
Â
"Kalau makan steak, itu kan daging impor dari Australia atau Amerika Serikat. Sama halnya dengan daging wagyu dari Jepang. Justru lebih enak, lebih empuk," ujarnya.
Â
Lebih jauh dia mengatakan, tidak sedikit masyarakat yang sudah mengetahui dan memahami beberapa merek daging impor dari Australia. Bahkan sampai hafal daging tersebut berasal dari rumah potong hewan (RPH/slaughterhouse) yang halal."Kalau merek lain mungkin perlu dicurigai," ucap dia.
Â
Sutarto menjamin pihaknya bekerjasama dengan RPH yang memiliki sertifikasi halal dari lembaga Nahdlatul Ulama di Australia, mengingat banyak pula beredar RPH tidak halal di negeri Kanguru tersebut.
Â
"Tidak semua RPH halal, makanya kami harus pilih yang halal. Karena kalau masuk ke Indonesia dan daging tidak halal, pasti bakal ditolak oleh Badan Karantina," tandas dia.
Â
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa enggan berkomentar terkait respon penolakan maupun rasa tidak suka masyarakat dan pedagang terkait daging sapi impor oleh Bulog. "Oh ya? Masa sih? Nanti saya coba tanya Bulog," katanya kepada Liputan6.com. (Fik/Ndw)