Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengaku belum menerima laporan atau kedatangan dari pihak perusahaan perkebunan China, Liaoning Wufeng Agriculture terkait niatnya untuk membangun lahan persawahan di Jawa Barat dengan nilai investasi sekitar Rp 20,3 triliun.
"Belum ada yang datang atau melapor kepada kami. Tapi mungkin mereka (Wufeng) baru berencana dulu," kata Direktur Eksibisi dan Media Promosi BKPM, Johny Ferauchi Djafar saat ditemui dalam kesempatan Buka Puasa Bersama, Selasa (31/7/2013) malam.
Dia menilai, untuk melakukan investasi di sebuah negara lain bukanlah perkara mudah. Perusahaan tersebut, lanjutnya, perlu menjajaki peluang pasar di negara tujuan investasi dengan matang supaya dari segi bisnis maupun komersial memang layak.
"Mereka kan juga perlu penjajakan lebih dulu, mempelajari benefit apa yang akan diberikan jika berinvestasi di sebuah negara, termasuk Indonesia," papar Johny.
Meski nantinya investor asing bakal menggandeng perusahaan lokal, misalnya membentuk perusahaan patungan atau joint venture, proses perizinan investasi tetap diberlakukan sesuai prosedur.
"Mau investasi sendiri atau kerja sama dengan perusahaan dalam negeri, izin tetap sama. Hanya nanti porsi kepemilikan bisa diatur dalam aturan yang saat ini tengah direlaksasi," pungkas Johny.
Seperti diketahui, dilansir dari Malaysia Chronicle, Wufeng Agricultural telah menandatangani nota kesepakatan kerja sama dengan Malaysian Amarak Group dan perusahaan lokal Indonesia, Tri Indah Mandiri.
Wufeng merupakan pemodal utama dalam rencana pengembangan dan pengolahan padi dan kedelai di Subang, Jawa Barat, Indonesia. Amarak diketahui berkontribusi sebesar 20% dari investasi awal di tanah air tersebut. Sebuah laporan menyatakan jumlah investasi tersebut bisa berkembang mencapai US$ 5 miliar (Rp 50,8 triliun).
CEO Wufeng, Ma Dian Cheng mengatakan perusahaannya akan segera mendirikan anak perusahaan lokal lain atas nama Wufeng di dalam negeri. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengadaan beberapa fasilitas proses pengolahan beras terpadu dengan Amarak.Ma bilang, 80% dari produksi kelompok perusahaan tersebut akan memenuhi pasar Indonesia.   Â
Lebih lanjut dia menjelaskan, investasi di Indonesia dapat berkisar di harga US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar yang diperuntukan bagi berbagai penelitian teknis. Tri Indah sendiri tengah bekerja sama dengan para petani lokal guna menyiapkan 50 ribu hektare (ha) lahan percobaan di Jawa Barat. (Fik/Ndw)
"Belum ada yang datang atau melapor kepada kami. Tapi mungkin mereka (Wufeng) baru berencana dulu," kata Direktur Eksibisi dan Media Promosi BKPM, Johny Ferauchi Djafar saat ditemui dalam kesempatan Buka Puasa Bersama, Selasa (31/7/2013) malam.
Dia menilai, untuk melakukan investasi di sebuah negara lain bukanlah perkara mudah. Perusahaan tersebut, lanjutnya, perlu menjajaki peluang pasar di negara tujuan investasi dengan matang supaya dari segi bisnis maupun komersial memang layak.
"Mereka kan juga perlu penjajakan lebih dulu, mempelajari benefit apa yang akan diberikan jika berinvestasi di sebuah negara, termasuk Indonesia," papar Johny.
Meski nantinya investor asing bakal menggandeng perusahaan lokal, misalnya membentuk perusahaan patungan atau joint venture, proses perizinan investasi tetap diberlakukan sesuai prosedur.
"Mau investasi sendiri atau kerja sama dengan perusahaan dalam negeri, izin tetap sama. Hanya nanti porsi kepemilikan bisa diatur dalam aturan yang saat ini tengah direlaksasi," pungkas Johny.
Seperti diketahui, dilansir dari Malaysia Chronicle, Wufeng Agricultural telah menandatangani nota kesepakatan kerja sama dengan Malaysian Amarak Group dan perusahaan lokal Indonesia, Tri Indah Mandiri.
Wufeng merupakan pemodal utama dalam rencana pengembangan dan pengolahan padi dan kedelai di Subang, Jawa Barat, Indonesia. Amarak diketahui berkontribusi sebesar 20% dari investasi awal di tanah air tersebut. Sebuah laporan menyatakan jumlah investasi tersebut bisa berkembang mencapai US$ 5 miliar (Rp 50,8 triliun).
CEO Wufeng, Ma Dian Cheng mengatakan perusahaannya akan segera mendirikan anak perusahaan lokal lain atas nama Wufeng di dalam negeri. Tujuannya adalah untuk mempermudah pengadaan beberapa fasilitas proses pengolahan beras terpadu dengan Amarak.Ma bilang, 80% dari produksi kelompok perusahaan tersebut akan memenuhi pasar Indonesia.   Â
Lebih lanjut dia menjelaskan, investasi di Indonesia dapat berkisar di harga US$ 1 miliar hingga US$ 2 miliar yang diperuntukan bagi berbagai penelitian teknis. Tri Indah sendiri tengah bekerja sama dengan para petani lokal guna menyiapkan 50 ribu hektare (ha) lahan percobaan di Jawa Barat. (Fik/Ndw)