Meski rencana akuisisi PT Bank Danamon Tbk oleh DBS Group Holding kandas di tengah jalan, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) takkan menghentikan ambisisnya melakukan ekspansi bisnis ke negara-negara di kawasan Asia. Tekad ini tetap dipancangkan meski bakal menemui ganjalan asas resiprokal yang diterapkan antara perbankan di negara-negara tersebut.
"Terlepas dari apa yang baru terjadi saat ini (DBS yang tidak jadi mengakuisisi Danamon), kita akan terus berusaha melakukan pengembangan kegiatan bisnis kita secara regional baik itu di Malaysia, Singapura, atau Shanghai (China)," ujar Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury di gedung Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Pahala menegaskan, penerapan asas resiprokal di Indonesia sendiri berisi soal sistem perbankan Indonesia yang berharap para pelaku perbankannya bisa memperoleh kesempatan untuk memiliki kegiatan di negara lain, dalam hal ini di kawasan Asia Tenggara.
"Jadi misalnya perbankan dari negera-negara lain itu beroperasi di Indonesia, sampai sekarang saya juga melihat masih banyak negara-negara lain yang banknya itu masih beroperasi," lanjutnya.
Bank Indonesia (BI), lanjutnya, juga telah konsisten memperjuangkan perbankan Indonesia, sehingga kedepannya dia berharap terus bisa bekerjasama dengan pihak regulator untuk bisa menjalankan prinsip resitositas. "Kita juga lihat bentuk konkritnya dan bergembira juga untuk hal ini," tandasnya.
Seperti diketahui, DBS Holding memutuskan membatalkan rencana akuisisi PT Bank Danamon Tbk dari pemilik saham yang merupakan anak usaha Temasek Holding. Keputusan ini diambil karena ambisi DBS untuk menguasai 64% saham Bank Danamon tak bisa dipenuhi.
BI mensyaratkan pemodal asing hanya diperkenankan memiliki saham bank nasional di tanah air sebesar 40%.
Dari aksi akuisisi ini, BI mencoba mendesak bank sentral Singapura untuk menerapkan asas resiprokal bagi perbankan nasional yang berencana membuka operasional bisnis di negaranya. (Dny/Shd)
"Terlepas dari apa yang baru terjadi saat ini (DBS yang tidak jadi mengakuisisi Danamon), kita akan terus berusaha melakukan pengembangan kegiatan bisnis kita secara regional baik itu di Malaysia, Singapura, atau Shanghai (China)," ujar Direktur Keuangan dan Strategi PT Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansury di gedung Plaza Mandiri, Jakarta, Kamis (1/8/2013).
Pahala menegaskan, penerapan asas resiprokal di Indonesia sendiri berisi soal sistem perbankan Indonesia yang berharap para pelaku perbankannya bisa memperoleh kesempatan untuk memiliki kegiatan di negara lain, dalam hal ini di kawasan Asia Tenggara.
"Jadi misalnya perbankan dari negera-negara lain itu beroperasi di Indonesia, sampai sekarang saya juga melihat masih banyak negara-negara lain yang banknya itu masih beroperasi," lanjutnya.
Bank Indonesia (BI), lanjutnya, juga telah konsisten memperjuangkan perbankan Indonesia, sehingga kedepannya dia berharap terus bisa bekerjasama dengan pihak regulator untuk bisa menjalankan prinsip resitositas. "Kita juga lihat bentuk konkritnya dan bergembira juga untuk hal ini," tandasnya.
Seperti diketahui, DBS Holding memutuskan membatalkan rencana akuisisi PT Bank Danamon Tbk dari pemilik saham yang merupakan anak usaha Temasek Holding. Keputusan ini diambil karena ambisi DBS untuk menguasai 64% saham Bank Danamon tak bisa dipenuhi.
BI mensyaratkan pemodal asing hanya diperkenankan memiliki saham bank nasional di tanah air sebesar 40%.
Dari aksi akuisisi ini, BI mencoba mendesak bank sentral Singapura untuk menerapkan asas resiprokal bagi perbankan nasional yang berencana membuka operasional bisnis di negaranya. (Dny/Shd)