Sukses

PLN Kantongi Keuntungan Rp 4,78 Triliun

PT PLN (Persero) membukukan kenaikan laba bersih 0,63% menjadi Rp 4,78 triliun sampai semester I-2013.

PT PLN (Persero) membukukan kenaikan laba bersih 0,63% menjadi Rp 4,78 triliun sampai semester I-2013 menjadi Rp 4,75 triliun pada semester I-2012.

Peningkatan laba bersih ini terutama karena peningkatan laba selisih kurs yang bersifat non cash sebesar Rp 7,7 triliun meskipun di sisi lain terjadi peningkatan beban bunga dan keuangan Rp 2,3 triliun dan peningkatan beban pajak sebesar Rp 1,6 triliun.

"EBITDA perseroan mengalami peningkatan sebesar 10,1% menjadi Rp 30,4 triliun pada semester I-2013 dari Rp 27,6 triliun pada semester I-2012," ujar Manajer Senior Komunikasi Korporat PT PLN, Bambang Dwiyanto, Kamis (1/8/2013).

Bambang menambahkan, peningkatan laba selisih kurs Rp 7,7 triliun terutama karena apresiasi rupiah terhadap yen 10,4% meskipun rupiah terdepresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS), sebesar 2,7% pada semester I-2013.

Sedangkan pada semester I-2012 rupiah terdepresiasi baik terhadap yen maupun dolar AS masing-masing sebesar 2,4% dan 4,5%.

Pada semester I-2013 ini, liabilitas moneter dalam valas bersih sebesar Rp 234,2 triliun, 19,4% dalam yen dan 79,7% dalam dolar AS dan sisanya 0,9 % dalam mata uang asing lainnya.

Utang dalam mata uang Yen terutama berasal dari utang sewa pembiayaan (leasing) dan utang penerusan pinjaman, sedangkan utang dalam mata uang USD terutama berasal dari obligasi internasional, utang bank untuk pembiayaan pembangunan pembangkit listrik, utang penerusan pinjaman dan utang sewa pembiayaan atas penerapan ISAK 8 terhadap listrik swasta.

Perolehan laba juga karena perseroan meraup kenaikan pendapatan sebesar 4,8% menjadi Rp 116,7 triliun sampai semester I-2013 bila dibandingkan pendapatan usaha semester 1-2012 yang sebesar Rp 111,4 triliun.

Bambang Dwiyanto mengatakan, laporan keuangan tersebut memperlihatkan kinerja perseroan naik cukup signifikan dibandingkan semester I-2012.

"Meningkatnya pendapatan usaha ini terutama berasal dari peningkatan volume penjualan tenaga listrik akibat penambahan pelanggan dan adanya peningkatan Tarif Tenaga Listrik (TTL) yang diberlakukan bertahap setiap triwulan mulai rekening Januari 2013," tutur dia.

Sementara itu, beban usaha tercatat sebesar Rp 98,3 triliun, meningkat 3,6% dari sebelumnya Rp 94,9 triliun. Peningkatan beban usaha ini antara lain karena kenaikan konsumsi bahan bakar dan pelumas akibat peningkatan penjualan tenaga listrik dan peningkatan harga bahan bakar.

Adapun laba usaha perseroan naik sebesar Rp 1,9 triliun atau 11,5% dari Rp 16,5 triliun menjadi Rp 18,4 triliun.

Dari laporan posisi keuangan, tercatat jumlah aset tidak lancar mengalami peningkatan 2,6% menjadi Rp 484,6 triliun dari sebelumnya Rp 472,1 triliun.

"Hal ini terutama disebabkan adanya investasi pada proyek-proyek yang masih terus berjalan terutama proyek pembangkit dan transmisi. Adapun aset lancar naik 0,9% menjadi Rp. 69,2 triliun pada 30 Juni 2013 dari Rp 68,6 triliun pada 31 Desember 2012, sehingga total jumlah aset perseroan pada akhir semester 1 2013 sebesar Rp 553,8 triliun atau naik sebesar Rp 13,1 triliun (2,4%) dari Rp 540,7 triliun pada 31 Desember 2012," pungkasnya.

Video Terkini