Pemerintah bersama dengan Otoritas Jasa Pelabuhan terus membenahi berbagai masalah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Pembenahan ditempuh untuk menyambut kegiatan ekspor impor arus barang yang akan kembali ramai usai Lebaran.
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Mahendra Siregar mengatakan, Pelabuhan Tanjung Priok setiap hari bisa menerima kedatangan 10 ribu kontainer. Jumlah tersebut menyusut menjelang Lebaran.
"Sebelum Lebaran, jumlah kontainer bisa turun sampai 25% dibanding hari-hari normal sebesar lebih dari 10 ribu kontainer. Lalu pelabuhan akan kembali ramai disesaki kontainer usai Lebaran dengan jumlah yang sama dengan hari normal," ujar dia saat jumpa pers Dwelling Time di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (2/8/2013).
Lebih jauh Mahendra mengatakan, kegiatan ekspor impor mulai normal kembali pada Agustus dan September lantaran banyak pabrik yang beroperasi lagi setelah libur Lebaran.
"Kalau sekarang, pengusaha atau pabrik banyak yang menunda dulu pembelian atau penjualan barang dari dalam maupun luar negeri. Jadi kami ingin menggunakan momentum ini untuk menurunkan yard occupancy ratio (yor)," jelas dia.
Yard occupancy ratio, menurut Mahendra, selama ini menjadi masalah utama yang berdampak terhadap lamanya proses bongkar muat pelabuhan (dwelling time), selain persoalan Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dan jumlah barang yang ditetapkan pabean terlalu tinggi berdasar standar internasional.
"Tapi pemerintah dan otoritas pelabuhan, termasuk Pelindo II sudah mengurangi berbagai masalah tersebut, antara lain, yard occupancy ratio saat ini sudah turun terkendali 60%-80% dari pertengahan Juli yang berada di sekitar 100%-120%," urai dia.  Â
Pencapaian ini tidak terlepas dari pengoperasian jam layanan kepabeanan yang diperpanjang sampai pukul 23.00 WIB setiap hari kerja. Namun untuk jalur pemeriksaan dan pemrosesan dokumen buka 24 jam selama 7 hari. Dengan langkah tersebut, dia berharap, kondisi yard occupancy ratio bisa turun 50%-60%.
"Pemeriksaan kontainer untuk jalur merah oleh KPU Bea Cukai Tanjung Priok pada awal Juli mencapai di atas 25%. Pada hari-hari terakhir ini sudah berada di bawah 10%," pungkas Mahendra.
Pembenahan dan perbaikan ini, kata dia, bisa memberikan nafas lebih panjang bagi penyedia jasa pelabuhan untuk membantu kelancaran arus barang di salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia itu. (Fik/Nur)
Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Mahendra Siregar mengatakan, Pelabuhan Tanjung Priok setiap hari bisa menerima kedatangan 10 ribu kontainer. Jumlah tersebut menyusut menjelang Lebaran.
"Sebelum Lebaran, jumlah kontainer bisa turun sampai 25% dibanding hari-hari normal sebesar lebih dari 10 ribu kontainer. Lalu pelabuhan akan kembali ramai disesaki kontainer usai Lebaran dengan jumlah yang sama dengan hari normal," ujar dia saat jumpa pers Dwelling Time di kantor Kemenkeu, Jakarta, Jumat (2/8/2013).
Lebih jauh Mahendra mengatakan, kegiatan ekspor impor mulai normal kembali pada Agustus dan September lantaran banyak pabrik yang beroperasi lagi setelah libur Lebaran.
"Kalau sekarang, pengusaha atau pabrik banyak yang menunda dulu pembelian atau penjualan barang dari dalam maupun luar negeri. Jadi kami ingin menggunakan momentum ini untuk menurunkan yard occupancy ratio (yor)," jelas dia.
Yard occupancy ratio, menurut Mahendra, selama ini menjadi masalah utama yang berdampak terhadap lamanya proses bongkar muat pelabuhan (dwelling time), selain persoalan Tempat Penimbunan Sementara (TPS) dan jumlah barang yang ditetapkan pabean terlalu tinggi berdasar standar internasional.
"Tapi pemerintah dan otoritas pelabuhan, termasuk Pelindo II sudah mengurangi berbagai masalah tersebut, antara lain, yard occupancy ratio saat ini sudah turun terkendali 60%-80% dari pertengahan Juli yang berada di sekitar 100%-120%," urai dia.  Â
Pencapaian ini tidak terlepas dari pengoperasian jam layanan kepabeanan yang diperpanjang sampai pukul 23.00 WIB setiap hari kerja. Namun untuk jalur pemeriksaan dan pemrosesan dokumen buka 24 jam selama 7 hari. Dengan langkah tersebut, dia berharap, kondisi yard occupancy ratio bisa turun 50%-60%.
"Pemeriksaan kontainer untuk jalur merah oleh KPU Bea Cukai Tanjung Priok pada awal Juli mencapai di atas 25%. Pada hari-hari terakhir ini sudah berada di bawah 10%," pungkas Mahendra.
Pembenahan dan perbaikan ini, kata dia, bisa memberikan nafas lebih panjang bagi penyedia jasa pelabuhan untuk membantu kelancaran arus barang di salah satu pelabuhan tersibuk di Indonesia itu. (Fik/Nur)