Masih banyaknya pemudik yang menggunakan sarana angkutan bus kota menjadi rezeki nomplok bagi para agen bus perjalanan. Kesempatan langka ini pun dimanfaatkan secara maksimal oleh para penjualan tiket yang bekerja di agen bus perjalanan. Bahkan bila perlu menunda mudik ke kampung halaman demi membawa pulang uang yang lebih banyak.
Sebut saja Patori, Karyawan PO Trans Zentrum. Pria yang seharusnya mudik ke kota di Jawa Tengah ini terpaksa mengulur waktu kepulangan karena harus menunggu selesainya masa tugas, patori juga harus menunggu upah dari pekerjaannya.
"Saya mudik habis lebaran atau saat arus balik sudah sepi. Karena kalau lagi ramai seperti momen lebaran, saya dan 6 orang rekan harus menunda mudik. Sudah jadi risiko kerja di PO dan berasa seperti Bang Toyib," celetuk dia saat berbincang dengan Liputan6.com, di terminal Kalideres, Jakarta, Selasa (6/8/2013).
Sejak H-9 jelang lebaran, aktivitas penjualan tiket di terminal maupun sejumlah tempat memang sudah ramai dipadati calon penumpang. Para penjual tiket ini pun rela antre berjam-jam bahkan sampai menginap di loket untuk mendapatkan satu hingga beberapa lembar tiket mudik.
Loket penjualan yang ramai itu berbanding lurus dengan tuntutan kerja para penjual tiket di sebuah agen perjalanan. Keinginan mudik dan merayakan Hari Lebaran bersama di di kampung halaman pun harus rela dibatalkan demi melayani pemudik.
Meski harus menjadi Bang Thoyib, Patori mengaku, penghasilannya dari menjual tiket saat hari raya sangat lumayan besar. Patori menyatakan, besaran pendapatannya dihitung berdasarkan komisi jumlah penjualan per tiket.
"Saya dapat komisi 10% dari setiap penjualan tiket. Jadi kalau harga tiketnya Rp 310 ribu kali 1.000 penumpang kan lumayan sekali. Lebaran tahun lalu saja saya bisa bawa pulang Rp 8 juta setelah dibagi dengan 6 karyawan lain," papar dia.
Berbeda dari Patori, Pengurus PO Pahala Kencana, Aslan, justru memilih mudik lebih dulu sebelum Lebaran ini. Langkah ini dilakukan agar jadwal kerja tak terganggu urusan pribadi. "Kalau memang tidak sempat terpaksa habis lebaran sambil nunggu upah cair," tukasnya.
Dari kerja kerasnya selama musim Mudik, Aslan membeberakan, komisi yang diterimanya mencapai 7,5% dari harga setiap penjualan satu tiket.
Meski begitu, baik Aslan maupun Patori belum mengetahui berapa jumlah penghasilan yang akan dibawa pulang pada Lebaran tahun ini.
"Belum tahu, kan malam takbiran dibagikannya. Jadi ibarat kata pecah celengan," pungkas Patori.(Fik/Shd)
Sebut saja Patori, Karyawan PO Trans Zentrum. Pria yang seharusnya mudik ke kota di Jawa Tengah ini terpaksa mengulur waktu kepulangan karena harus menunggu selesainya masa tugas, patori juga harus menunggu upah dari pekerjaannya.
"Saya mudik habis lebaran atau saat arus balik sudah sepi. Karena kalau lagi ramai seperti momen lebaran, saya dan 6 orang rekan harus menunda mudik. Sudah jadi risiko kerja di PO dan berasa seperti Bang Toyib," celetuk dia saat berbincang dengan Liputan6.com, di terminal Kalideres, Jakarta, Selasa (6/8/2013).
Sejak H-9 jelang lebaran, aktivitas penjualan tiket di terminal maupun sejumlah tempat memang sudah ramai dipadati calon penumpang. Para penjual tiket ini pun rela antre berjam-jam bahkan sampai menginap di loket untuk mendapatkan satu hingga beberapa lembar tiket mudik.
Loket penjualan yang ramai itu berbanding lurus dengan tuntutan kerja para penjual tiket di sebuah agen perjalanan. Keinginan mudik dan merayakan Hari Lebaran bersama di di kampung halaman pun harus rela dibatalkan demi melayani pemudik.
Meski harus menjadi Bang Thoyib, Patori mengaku, penghasilannya dari menjual tiket saat hari raya sangat lumayan besar. Patori menyatakan, besaran pendapatannya dihitung berdasarkan komisi jumlah penjualan per tiket.
"Saya dapat komisi 10% dari setiap penjualan tiket. Jadi kalau harga tiketnya Rp 310 ribu kali 1.000 penumpang kan lumayan sekali. Lebaran tahun lalu saja saya bisa bawa pulang Rp 8 juta setelah dibagi dengan 6 karyawan lain," papar dia.
Berbeda dari Patori, Pengurus PO Pahala Kencana, Aslan, justru memilih mudik lebih dulu sebelum Lebaran ini. Langkah ini dilakukan agar jadwal kerja tak terganggu urusan pribadi. "Kalau memang tidak sempat terpaksa habis lebaran sambil nunggu upah cair," tukasnya.
Dari kerja kerasnya selama musim Mudik, Aslan membeberakan, komisi yang diterimanya mencapai 7,5% dari harga setiap penjualan satu tiket.
Meski begitu, baik Aslan maupun Patori belum mengetahui berapa jumlah penghasilan yang akan dibawa pulang pada Lebaran tahun ini.
"Belum tahu, kan malam takbiran dibagikannya. Jadi ibarat kata pecah celengan," pungkas Patori.(Fik/Shd)