Dalam banyak hal, pengusaha dinilai sebagai seseorang yang sukses atas kerja kerasnya sendiri. Mereka mampu mengembangkan diri untuk meraup pendapatan lebih dibandingkan pekerja yang bergantung pada gaji.
Namun di luar segala hal positif, banyak asosiasi negatif tentang karakteristik sifat pengusaha. Stereotip mereka sebagai orang yang egois dan ambisius mengejar untung dengan berbagai cara.
Mereka yang kemudian diketahui berhasil mendirikan perusahaan, ternyata dimungkinkan sebagai yang tumbuh sebagai penipu dan pengutil.
Lalu muncul beberapa pertanyaan, apakah ada hubungan antara perilaku anti-sosial dan menjadi seorang pengusaha.
Sebuah studi dari para peneliti di Arizona State University dan National University of Singapore pada 2009 menjawabnya.
Studi ini menemukan hubungan antara pelanggaran aturan dengan kewirausahaan saat remaja, ini berdasarkan penelitian terhadap 165 pria di Amerika.
Sebuah studi yang lebih besar bahkan menemukan indikasi jika pada kenyataannya, memang ada hubungan antara pemberontakan dan kewirausahaan di kala remaja.
Studi baru dari Jurnal Perilaku memperluas hasil sebelumnya dengan menganalisis data yang dikumpulkan dari 1.000 orang di Swedia selama 40 tahun, dimulai saat mereka berusia 10 tahun.
Peneliti dari Jerman dan Swedia menemukan bahwa pengusaha memang memiliki kecenderungan untuk menampilkan perilaku anti-sosial saat remaja.
Tidak ada hubungan antara kecenderungan kewirausahaan dan kejahatan berat, tetapi mereka yang kemudian mendirikan perusahaan sendiri lebih mungkin sebagai remaja yang kerap membolos, mengabaikan aturan orangtua, menipu bahkan mengutil barang-barang kecil, dibandingkan dengan orang lain.
"Kami berpikir bahwa itu bisa menjadi semangat kewirausahaan awal," ujar penulis Popular Science Martin Obschonka dari University of Jena di Jerman.
Dorongan yang sama untuk berinovasi, berpikir di luar kotak, mengambil risiko dan melanggar peraturan yang membantu pengusaha di kemudian hari mungkin membawa mereka ke perilaku yang lebih destruktif sebagai remaja.
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pengusaha laki-laki. Khusus kepada pengusaha wanita tidak ditemukan cukup analisis untuk memprediksi sifat anti-sosial dengan status pengusahanya.
Penelitian ini juga menganalisis kecenderungan anti-sosial, sikap lebih halus yang mungkin tidak terlihat dalam langkah-langkah seperti data kriminal resmi, dan tidak menemukan hubungan antara pengusaha dan sikap anti-sosial di masa dewasa.
Jadi sepertinya ada `sisi gelap` dari pengusaha, meski mereka hanya sebagai seorang remaja pemberontak yang menyelinap keluar dari rumah, tidak sebagai seorang penjahat yang berbahaya. (Nur)
Namun di luar segala hal positif, banyak asosiasi negatif tentang karakteristik sifat pengusaha. Stereotip mereka sebagai orang yang egois dan ambisius mengejar untung dengan berbagai cara.
Mereka yang kemudian diketahui berhasil mendirikan perusahaan, ternyata dimungkinkan sebagai yang tumbuh sebagai penipu dan pengutil.
Lalu muncul beberapa pertanyaan, apakah ada hubungan antara perilaku anti-sosial dan menjadi seorang pengusaha.
Sebuah studi dari para peneliti di Arizona State University dan National University of Singapore pada 2009 menjawabnya.
Studi ini menemukan hubungan antara pelanggaran aturan dengan kewirausahaan saat remaja, ini berdasarkan penelitian terhadap 165 pria di Amerika.
Sebuah studi yang lebih besar bahkan menemukan indikasi jika pada kenyataannya, memang ada hubungan antara pemberontakan dan kewirausahaan di kala remaja.
Studi baru dari Jurnal Perilaku memperluas hasil sebelumnya dengan menganalisis data yang dikumpulkan dari 1.000 orang di Swedia selama 40 tahun, dimulai saat mereka berusia 10 tahun.
Peneliti dari Jerman dan Swedia menemukan bahwa pengusaha memang memiliki kecenderungan untuk menampilkan perilaku anti-sosial saat remaja.
Tidak ada hubungan antara kecenderungan kewirausahaan dan kejahatan berat, tetapi mereka yang kemudian mendirikan perusahaan sendiri lebih mungkin sebagai remaja yang kerap membolos, mengabaikan aturan orangtua, menipu bahkan mengutil barang-barang kecil, dibandingkan dengan orang lain.
"Kami berpikir bahwa itu bisa menjadi semangat kewirausahaan awal," ujar penulis Popular Science Martin Obschonka dari University of Jena di Jerman.
Dorongan yang sama untuk berinovasi, berpikir di luar kotak, mengambil risiko dan melanggar peraturan yang membantu pengusaha di kemudian hari mungkin membawa mereka ke perilaku yang lebih destruktif sebagai remaja.
Penelitian ini hanya dilakukan terhadap pengusaha laki-laki. Khusus kepada pengusaha wanita tidak ditemukan cukup analisis untuk memprediksi sifat anti-sosial dengan status pengusahanya.
Penelitian ini juga menganalisis kecenderungan anti-sosial, sikap lebih halus yang mungkin tidak terlihat dalam langkah-langkah seperti data kriminal resmi, dan tidak menemukan hubungan antara pengusaha dan sikap anti-sosial di masa dewasa.
Jadi sepertinya ada `sisi gelap` dari pengusaha, meski mereka hanya sebagai seorang remaja pemberontak yang menyelinap keluar dari rumah, tidak sebagai seorang penjahat yang berbahaya. (Nur)