Berpindahnya aktivitas masyarakat dari ibukota Jakarta ke sejumlah daerah di ibukota memberi berkah tersendiri bagi pemilik hotel. Rata-rata tingkat hunian hotel di daerah umumnya terisi hingga 75%.
Kondisi yang berbeda justru dialami pengelola hotel di ibukota. Sepinya aktivitas bisnis akibat mudiknya jutaan penduduk Jakarta membuat tingkat hunian hotel hanya terisi 25% dari kapasitas.
"Rata-rata tingkat occupancy Jakarta hanya 25%," kata Wakil Sekjen BPP Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Carla Parengkuan kepada Liputan6.com, Jumat (9/8/2013).
Data PHRI memperkirakan tingkat okupansi hotel yang mengalami kenaikan diantaranya berada di daerah-daerah seperti Bali, Yogyakarta, dan Medan. Rata-rata penginap di hotel dari ketiga wilayah tersebut mencapai 75% dari kapasitas yang dimiliki.
Carla memperkirakan turunnya tingkat hunian hotel di ibukota tersebut tak hanya disebabkan aktivitas mudik dari para pekerja lokal.
Pekerja asing yang memanfaatkan musim libur Lebaran dan pergi ke luar negeri maupun luar kota juga membuat tingkat hunian hotel di ibukota berkurang. (Shd)
Kondisi yang berbeda justru dialami pengelola hotel di ibukota. Sepinya aktivitas bisnis akibat mudiknya jutaan penduduk Jakarta membuat tingkat hunian hotel hanya terisi 25% dari kapasitas.
"Rata-rata tingkat occupancy Jakarta hanya 25%," kata Wakil Sekjen BPP Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Carla Parengkuan kepada Liputan6.com, Jumat (9/8/2013).
Data PHRI memperkirakan tingkat okupansi hotel yang mengalami kenaikan diantaranya berada di daerah-daerah seperti Bali, Yogyakarta, dan Medan. Rata-rata penginap di hotel dari ketiga wilayah tersebut mencapai 75% dari kapasitas yang dimiliki.
Carla memperkirakan turunnya tingkat hunian hotel di ibukota tersebut tak hanya disebabkan aktivitas mudik dari para pekerja lokal.
Pekerja asing yang memanfaatkan musim libur Lebaran dan pergi ke luar negeri maupun luar kota juga membuat tingkat hunian hotel di ibukota berkurang. (Shd)