PT Rajawali Nusanatara Indonesia (RNI) melaporkan penjualan kondom Meong milik perusahaan tak pengalami penurunan sepanjang Ramadan kemarin. Namun diakuinya, popularitas kondom lokal hingga saat ini masih kalah pamor dibandingkan produk dari luar negeri.
"Selama bulan ramadhan penjualan kondom berlangsung secara flat, stabil, seperti bulan bulan biasa. Artinya apa, puasa tidak berpengaruh terhadap kebutuhan kondom," Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro, di Gedung Kementrian BUMN, Jakarta, Senin (12/7/2013).
Menurut Ismed, kondom memiliki konsumen tersendiri sehingga tak akan terpengaruh terhadap perkembangan ekonomi negara maupun bulan Ramadan.
"Tidak terpengaruh Inflasi, dan inflasi tidak mempengaruhi penjualan kondom. Konsumennya ada pangsanya,"jelasnya.
Meski tak ada gangguan pada volume penjualan, RNI mengaku sangat meyayangkan dengan kondisi kondom di Indonesia yang masih didominasi produk dari luar negeri.
Dari catatan RNI, perusahaan selama ini mengekspor kondom ke Timur Tengah dan Afrika sebanyak 50 ribu gross per tahun. Sementara untuk pasar lokal, hanya terserap 20 ribu gross per tahun.
Selain itu, kapasitas produksi kondom dari anak perusahaannya, PT Mitra Rajawali Banjaran, yang mencapai 950 ribu gross per tahun, hanya digunakan sebanyak 600 ribu gross.
Pemakaian kapasitas produksi tersebut, terutama digunakan untuk memasok kebutuhan BKKBN sebanyak 400 ribu dan sisanya sebanyak 200 ribu dialokasikan untuk ekspor pasar retail dan perusahaan lain yang menggunakan produk RNI (Yas/Shd).
"Selama bulan ramadhan penjualan kondom berlangsung secara flat, stabil, seperti bulan bulan biasa. Artinya apa, puasa tidak berpengaruh terhadap kebutuhan kondom," Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro, di Gedung Kementrian BUMN, Jakarta, Senin (12/7/2013).
Menurut Ismed, kondom memiliki konsumen tersendiri sehingga tak akan terpengaruh terhadap perkembangan ekonomi negara maupun bulan Ramadan.
"Tidak terpengaruh Inflasi, dan inflasi tidak mempengaruhi penjualan kondom. Konsumennya ada pangsanya,"jelasnya.
Meski tak ada gangguan pada volume penjualan, RNI mengaku sangat meyayangkan dengan kondisi kondom di Indonesia yang masih didominasi produk dari luar negeri.
Dari catatan RNI, perusahaan selama ini mengekspor kondom ke Timur Tengah dan Afrika sebanyak 50 ribu gross per tahun. Sementara untuk pasar lokal, hanya terserap 20 ribu gross per tahun.
Selain itu, kapasitas produksi kondom dari anak perusahaannya, PT Mitra Rajawali Banjaran, yang mencapai 950 ribu gross per tahun, hanya digunakan sebanyak 600 ribu gross.
Pemakaian kapasitas produksi tersebut, terutama digunakan untuk memasok kebutuhan BKKBN sebanyak 400 ribu dan sisanya sebanyak 200 ribu dialokasikan untuk ekspor pasar retail dan perusahaan lain yang menggunakan produk RNI (Yas/Shd).