Sukses

Harga Jagung Turun Lebih Tajam Dibanding Emas

Jagung kini menjadi komoditas dengan performa terburuk, bahkan lebih parah dari emas yang harganya sempat menurun drastis.

Harga jagung sempat mencapai angka tertinggi musim panas lalu saat kekeringan melanda perkebunan Amerika. Namun saat ini, siapa sangka, jagung justru menjadi komoditas dengan performa terburuk, bahkan lebih parah dari emas yang harganya sempat menurun drastis.

Seperti dilansir dari Business Insider, Selasa (13/8/2013), kenaikan harga jagung tersebut kini hanya bisa dikenang. Hal tersebut mengingat suhu Amerika Serikat (AS) yang kembali normal dan parnen yang diarahkan untuk memecahkan rekor produksi.

"Produksi jagung diproyeksikan menurun tipis menjadi 13,95 miliar bushel dari laporan bulan lalu di atas 14 miliar bushel," ujar pakar ekonomi Todd Davis.

Menurut dia, meski terjadi penurunan estimasi, produksi jagung masih diupayakan untuk mencapai target.  Hasilnya, tak ada satu komoditas pun yang tampil lebih buruk dari jagung, bahkan emas sekalipun.

Dari data yang dihimpun perusahaan penyedia informasi strategi investasi Oppenheimer  lewat Managing Director, John Stoltzfus dan Bloomberg, harga jagung tercatat telah menurun hingga 33% tahun ini.  Dari data tersebut juga dapat diketahui harga emas telah mengalami penurunan sebesar 22%.

Selama tiga tahun, harga jagung bertahan di level terendah dan diperdagangkan di sekitar US$ 4,63/bushel. Di waktu yang sama tahun lalu, harga jagung justru di jual dengan harga sekitar US$ 8 per bushel.

Departemen Pertanian AS (USDA) secepatnya akan merilis proyeksi jumlah permintaan dan pasokan agrikultural dunia. Proyeksi itu diperkirakan akan menambah sentimen negatif terhadap komoditas pangan tersebut.

Sementara Bennett Maier dari Morgan Stanley mengatakan, dia memproyeksikan investasi jagung dalam bentuk saham berjumlah 1,9 miliar bushel. Jumlah tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 704 juta bushel. (Sis/Ndw)