Sukses

Konsumsi Rumah Tangga Masih Mesin Utama Pertumbuhan Ekonomi RI

Pemerintah masih akan mempertahankan strategi `keep buying strategy` yang telah diterapkan sejak 2004 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah masih akan mempertahankan strategi `Keep buying strategy` yang telah diterapkan sejak 2004 untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dan menghadapi ketidakpastian ekonomi global.

Namun ke depan, seiring dengan tingginya tingkat konsumsi dalam negeri, Indonesia dinilai masih membutuhkan lebih banyak investor untuk berinvestasi di sektor produksi yang dibutuhkan masyarakat.

Demikian diungkapkan pakar ekonomi yang juga Staf Khusus Presiden (SKP) bidang Ekonomi dan Pembangunan, Firmanzah mengutip laman Sekretariat Kabinet di Jakarta, Rabu (14/8/2013).

Menurut dia, konsumsi rumah tangga adalah mesin utama bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setiap tahun, konsumsi rumah tangga ini memberikan kontribusi sekitar 55% sampai 57% terhadap pertumbuhan, diikuti investasi dan pengeluaran pemerintah.

“Ini adalah hasil dari kebijakan khusus yang disebut ‘Keep buying strategy’ yang bertujuan untuk meningkatkan daya beli dalam negeri dan menjaga harga domestik diakses untuk barang dan jasa. Strategi ini telah merangsang lebih banyak produk dan layanan yang dibutuhkan oleh konsumen lokal, sehingga menciptakan peluang bisnis yang lebih, dan mendorong pertumbuhan output nasional,” papar Firmanzah.

Namun ia mengingatkan, Indonesia saat ini berhadapan dengan tantangan baru, yaitu bagaimana menarik lebih banyak investasi untuk menyeimbangkan tingkat tinggi permintaan domestik.

“Indonesia membutuhkan lebih banyak investor, tidak hanya konsumen, untuk memastikan bahwa fasilitas produksi nasional dan hasil produksi dapat menyeimbangkan permintaan domestik yang tinggi,” urai dia.

Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu menyebutkan, beberapa negara menerapkan campuran kebijakan stimulus baik fiskal dan moneter untuk menarik investor kecil, menengah dan besar.

Untuk beberapa negara maju dan berkembang, itu adalah kebijakan yang paling sulit karena investor global sedang mencoba untuk mengkonsolidasikan bisnis mereka di tengah perlambatan ekonomi global.

Namun di Indonesia, sebagaimana data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia (BKPM) mencatat pertumbuhan investasi lebih dari 30% pada semester I-2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

PMDN Langsung (DDI) tumbuh pesat dengan 31,4% dan mencapai Rp 60,6 triliun. “Ini adalah sinyal yang baik bagi perekonomian Indonesia,” lanjut dia.

Menurut Firmanzah, untuk perusahaan skala kecil dan menengah, pemerintah Indonesia telah meluncurkan kampanye untuk mengembangkan lebih banyak pengusaha muda di Indonesia. Beberapa skema seperti bantuan keuangan, pelatihan dan lokakarya, pemasaran dan program pengembangan kemampuan produksi dimobilisasi.

Tujuan utama dari upaya ini adalah untuk mendukung dan memfasilitasi setiap pengusaha muda Indonesia untuk mengembangkan bisnis baru.

Ia menyebutkan, peluang bagi pengembangan bisnis baru di sektor keuangan masih terbuka lebar. Saat ini, investor lokal di pasar modal hanya mewakili 1% dari total populasi 240 juta orang.

“Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang mencoba untuk mengintensifkan sosialisasi, pendidikan, pelatihan dan workshop bagi calon investor lokal pasar modal dan produk investasi,” ungkap Firmanzah.

Selain itu, ada pertumbuhan yang signifikan dalam produk bundling antara lembaga keuangan yang berbeda untuk mengatasi ekspektasi investor lokal. Ini bundling produk, seperti perusahaan perbankan, asuransi dan investasi, tumbuh untuk menyediakan produk dan jasa keuangan yang inovatif.

Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi dan Pembangunan itu menegaskan, meningkatnya jumlah pendapatan nasional akan diarahkan tidak hanya pada konsumsi nasional, tetapi juga meningkatkan tabungan nasional dan investasi.

“Investasi yang dibutuhkan untuk penciptaan lapangan kerja, untuk meningkatkan produksi nasional, serta untuk memperkuat daya beli yang menjamin konsumsi lebih di masa depan. Konsumsi dan investasi ini keduanya sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” pungkas Firmanzah. (Nur)
Video Terkini