Sukses

Tiga Hal Paling Menakutkan Bagi Konsumen di Indonesia

Gfk menemukan masih banyaknya kecemasan yang dialami konsumen di seluruh dunia. Apa kecemasan terbesar masyarakat Indonesia?

Persoalan ekonomi muncul sebagai salah satu isu yang paling dikhawatirkan para konsumen dari kawasan Asia-Pasifik. Hasil survei terbaru yang dikeluarkan lembaga riset pasar dunia di Jerman, GfK, menemukan dua dari lima konsumen mencemaskan resesi ekonomi dan tingkat pengangguran. Tak hanya itu, mereka juga merasa cemas akan inflasi dan kenaikan harga.

Dilansir dari situs resmi GfK, Rabu (14/8/2013), satu dari tiga partisipan survei mengaku sangat cemas akan kecukupan uang untuk biaya hidup dan pembayaran sejumlah tagihan.

Survei GFK kal iini melibatkan 40 ribu konsumen berusia 15 tahun ke atas di 28 negara pada Januari dan Februari. Sebanyak 11 negara di kawasan Asia Pasifik menjadi target survei yang dilakukan GfK kali ini. Ke-11 negara itu adalah Australia, China, India, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Singapura, Malaysia dan Vietnam.

Hasil survei menunjukan, kecemasan terbesarnya masyarakat di Singapura (65%), Thailand (55%), China (51%) dan Indonesia (39%) berasal dari laju inflasi. Sementara konsumen di Taiwan (57%), Korea (51%), dan Jepang merupakan negara-negara yang paling takut akan terjadinya resesi ekonomi dan pengangguran.

Selain masalah ekonomi tersebut, GfK juga menemukan adanya kekhawatiran persoalan obat-obat terlarang oleh konsumen dari Thailand (55%) dan Indonesia (37%). Sementara 42% partisipan survei Singapura sangat mencemaskan biaya jaminan kesehatan.

Tak hanya itu, konsumen dari China (33%) dan Indonesia (32%) juga cukup mengkhawatirkan kualitas pendidikan.

Dari kawasan Australia, para partisipan mengaku sangat mencemaskan keuangan pribadinya. Sementarq masalah kejahatan dan kurangnya tindakan hukum menjadi kekhawatiran utama konsumen Malaysia (67%), Vietnam (55%), dan India (51%).

"Kondisi ekonomi saat ini memang lebih stabil, tapi di beberapa wilayah tingkat perekonomian masih cukup menghawatirkan," tutur Direktur Regional untuk GfK Consumer Trends Jodie Roberts.

GfK juga melaporkan para konsumen kini cukup berhati-hati dalam membelanjakan uang untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam upayanya memangkas pengeluaran, salah satu yang sering dihapus dari daftarnya adalah makan di restoran. Sekitar 34% dari partisipan mengaku telah melakukannya dalam satu tahun. Sementara hampir seperempatnya, 23% juga mengurangi pembelian pakaian dan sepatu.

Hasil survei menunjukkan partisipan Australia, Korea dan Taiwan sebagai konsumen yang paling hati-hati dalam mengeluarkan uang. Sebagai contoh, warga Australia hanya berbelanja untuk kebutuhan sehari-hari (63%) dan menunda pembelian hingga barang yang ingin dibeli mendapat diskon (63%). Di Korea (73%) dan Taiwan (67%) lebih memilih menggunakan kupon sebagai strategi menabungnya.

"Di pasar seperti Australia dimana urusan ekonomi serba tidak pasti dan biaya hidup sangat tinggi, para konsumen cenderung lebih waspada dalam berbelanja," jelas Roberts. (Sis/Shd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini