Sukses

Investasi Rp 296 Triliun Masuk ke Sektor Industri RI

Sejumlah proyek investasi di sektor industri akan segera bangun. Proyek tersebut diperkirakan akan menelan investasi hingga Rp 296 triliun.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat investasi yang masuk ke sektor industri di Tanah Air hingga akhir Agustus 2013 mencapai Rp 296 triliun. Dana itu berasal dari beberapa proyek investasi penting telah dan akan segera dibangun.

Investasi ini meliputi industri berbasis mineral logam dengan total investasi US$ 17,5 miliar atau setara Rp 180,2 triliun dari 18 sektor industri yang bergerak di basis produk bijih bauksit, bijih besi, bijih nikel, dan bijih tembaga. Kemudian Industri berbasis migas dan petrokimia dengan total investasi US$ 8 miliar atau 82,3 triliun dari 7 sektor industri.

Sementara itu, untuk industri berbasis sumber daya terbarukan, yaitu pengolahan CPO dengan total investasi Rp 30 triliun dari 9 sektor industri dan pengolahan kakao dengan total investasi US$ 333 juta atau setara Rp 3,4 triliun dari 8 sektor industri.

"Hingga saat ini, minat para investor masih tetap tinggi karena berbagai faktor yang dianggap dapat menjanjikan dan menguntungkan, dan pada beberapa sektor investasi di luar Pulau Jawa banyak juga diminati industri,” ujar Menteri Perindustrian MS Hidayat dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/8/2013).

Untuk investasi industri berbasis berbasis mineral logam, ada beberapa perusahaan yang tercatat seperti PT Indonesai Chemical Alumina dengan investasi sebesar US$ 450 juta, PT Well Harvest Winning  US$ 1 miliar, PT Aneka Tambang US$ 1 miliar, PT Krakatau Steel US$ 400 juta, PT Fenu Haltim sebesar US$ 1,6 miliar, serta PT Nusantara Smelting US$ 700 juta.

Di sektor industri berbasis migas seperti PT Petrokimia Butadiene Indonesia sebesar US$ 145 juta yang direncanakan selesai 2014, PT Nippon Sokubai sebanyak US$ 332 juta yang direncanakan selesai pada 2016, PT Indorama Polychem US$ 185 juta, PT Amoco Mitsui sebesar US$ 150 juta dan lain-lain.

Sedangkan untuk investasi industri pengolahan CPO seperti Sinar Mas Group dengan nilai investasi Rp 4,7 triliun, Musin Mas Group Rp 2,2 triliun, Wilmar Group Rp 3,2 triliun, Domba Mas US$ 180 juta, PTPN III Rp 3 triliun, Salim Ivonmas Pratama Rp 1,3 triliun, Asian Agri Group Rp 1,4 triliun, Unilever Rp 1,2 triliun, dan Golden Hop Rp 12 triliun.

Sementara itu investasi industri pengolahan kakao seperti Guangchong Cocoa Malaysia dengan nilai investasi US$ 50 juta, JB Cocoa Malaysia US$ 61 juta, Barry-Comextra Swiss US$ 33 juta, Cargill Cocoa Belanda US$ 185 juta, Nestle Indonesia US$ 1,90 juta, Indolakto US$ 1,24 juta, Mayora Indah US$ 750 ribu, dan Unilever US$ 300 ribu. (Dny/Ndw)