Sukses

Biaya Impor Mahal, Perdagangan RI & Pakistan Takluk dari Malaysia

Konjen RI untuk Pakistan yakin perdagangan bebas diantara kedua negara akan memacu volume perdagangan hingga 150%

Konsulat Jenderal (Konjen) RI untuk Karachi, Pakistan Rossalis R Adenan, memperkirakan kesepakatan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) antara Indonesia dan Pakistan dapat meningkatkan volume perdagangan bilateral kedua negara hingga 150%. Peningkatan tersebut diyakini dapat tercapai hanya dalam beberapa tahun.

Dilansir The Express Tribune, Minggu (18/8/2013), penerapan kesepakatan perdagangan diantara kedua negara ini dapat mengurangi tarif impor yang selam aini dikenakan. Hal ini bisa memicu peningkatan perdagangan bilateral hingga mencapai sekitar US$ 4 miliar hanya dalam hitungan beberapa tahun ke depan.

Pada 2012, volume perdagangan antara Pakistan dan Indonesia tercatat sebesar US$ 1,6 miliar saja. "Perdagangan bilateral masih jauh dari potensi sebenarnya. Kami mengharapkan kesepakatan tersebut dapat diterapkan secepatnya," ujar Rossalis.

Hal serupa dituturkan Presiden Forum Bisnis Pakistan-Indonesia Abdul Majid Haji Muhammad. Dengan jumlah populasi besar di Pakistan dan Indonesia yang diperkirakan mencapai 420 juta jiwa, perdagangan sebesar US$ 1,6 miliar dinilai terlalu kecil. Perdagangan bilateral kedua negara meningkat sebesar 12,6% dari 2008 hingga 2012.

Ekspor utama Indonesia ke Pakistan terdiri dari minyak sawit, kelapa, kacang-kacangan, karet, bahan kimia, bubur kertas (pulp), dan kertas. Sementara ekspor Pakistan ke Indonesia sendiri didominasi oleh beras, kapas, gandum, jeruk,  dan kain.

Abdul Majid mengatakan, pertumbuhan perdagangan bilateral dengan Indonesia tampak tak memuaskan akibat efektivitas perdagangan bebas Pakistan dengan Malaysia. Biaya impor Indonesia masih lebih mahal dibanding Negeri Jiran tersebut.

Hal ini serupa dengan permasalahan yang hadapi Pakistan ketika akan melakukan ekspor ke tanah air. Pakistan mengaku hambatan perdagangan berasal dari Indonesia dan China yang telah berjalan dengan baik. Bagi Pakistan, China merupakan pesaing besar untuk masuk ke pasar Indonesia.

"Penerapan FTA sendiri masih tertunda akibat birokrasi yang rumit," ungkapnya.

Pakistan merupakan tujuan ekspor peringkat ke-23 bagi produk-produk Indonesia pada 2012. Naik dari posisi ke-25 pada 2008.(Sis/Shd)