Perekonomian negara-negara berkembang benar-benar tengah menghadapi cobaan di paruh kedua 2013. Setelah kurs rupiah ambruk, kini giliran Baht Thailand ikut terpuruk ke level terendah sejak setahun terakhir.
Bahkan, pelemahan Baht dan penurunan bursa saham negara ekonomi terbesar kedua di kawasan Asia Tenggara menggiringnya masuk kembali jurang resesi untuk pertama kalinya sejak 2009.
Dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (20/8/2013), Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand pada kuartal II-2013 secara mengejutkan turun 0,3% dibandingkan tiga bulan pertama tahun ini.
National Economic & Social Development Board Thailand menyatakan telah memangkas proyeksi pertumbuhan dari 4,3-5,2% menjadi 3,8%.
Sementara itu, indeks MSCI Asia Pasific tercatat melemah sepanjang empat hari perdagangan berturut-turut seiring munculnya spekulasi penarikan program stimulus Federal Reserves.
"Sentimen risiko telah membuat luka ditengah penurunan saham," kata Analis dari Japan Center ofr Economis Research di Tokyo, Hideki Hayasih.
Hayashi mengatakan, ditengah rendahnya minat terhadap saham, kekhawatiran yang memuncak juga terus menekan nilai tukar mata uang.
Hingga perdagangan pukul 11.23 waktu Thailand, Baht tercatat merosot 0,9% atau terendah sejak 20 Juni ke level 31,66 per dolar AS. Mata uang Negeri Gajah Putih ini sempat menyentuh level 31,76 atau terendah sejak 25 Juli 2013.
Pasar modal Thailand tercatat ambrik 2,9% ke level 1.357,66. Pelemahan ini melanjutkan koreksi perdagangan kemarin yang mencapai 3,3% atau mengarah pada level terendah sejak 13 Desember 2013.
Pemodal asing diketahui telah menjual saham dengan nett sell hingga 3,6 miliar baht (US$ 114 juta) atau penarikan dana terbesar dalam enam pekan. (Sis/Shd)
Bahkan, pelemahan Baht dan penurunan bursa saham negara ekonomi terbesar kedua di kawasan Asia Tenggara menggiringnya masuk kembali jurang resesi untuk pertama kalinya sejak 2009.
Dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (20/8/2013), Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand pada kuartal II-2013 secara mengejutkan turun 0,3% dibandingkan tiga bulan pertama tahun ini.
National Economic & Social Development Board Thailand menyatakan telah memangkas proyeksi pertumbuhan dari 4,3-5,2% menjadi 3,8%.
Sementara itu, indeks MSCI Asia Pasific tercatat melemah sepanjang empat hari perdagangan berturut-turut seiring munculnya spekulasi penarikan program stimulus Federal Reserves.
"Sentimen risiko telah membuat luka ditengah penurunan saham," kata Analis dari Japan Center ofr Economis Research di Tokyo, Hideki Hayasih.
Hayashi mengatakan, ditengah rendahnya minat terhadap saham, kekhawatiran yang memuncak juga terus menekan nilai tukar mata uang.
Hingga perdagangan pukul 11.23 waktu Thailand, Baht tercatat merosot 0,9% atau terendah sejak 20 Juni ke level 31,66 per dolar AS. Mata uang Negeri Gajah Putih ini sempat menyentuh level 31,76 atau terendah sejak 25 Juli 2013.
Pasar modal Thailand tercatat ambrik 2,9% ke level 1.357,66. Pelemahan ini melanjutkan koreksi perdagangan kemarin yang mencapai 3,3% atau mengarah pada level terendah sejak 13 Desember 2013.
Pemodal asing diketahui telah menjual saham dengan nett sell hingga 3,6 miliar baht (US$ 114 juta) atau penarikan dana terbesar dalam enam pekan. (Sis/Shd)