Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat menilai pada momentum pelemahan rupiah seperti saat ini, tidak ada yang diuntungkan, baik eksportir maupun importir, kecuali para spekulan yang memang mengharapkan keuntungan dengan jual beli dolar.
"Tentu ada, orang yang berspekulasi, membeli dolar lalu dilepas lagi. Kalau eksportir saya kira mereka hanya akan menggunakan ini agar kinerja ekspornya lebih baik," ujar dia usai menghadiri acara Ground Breaking Pembangunan Pabrik Minyak Pelumas Shell di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Sementara dari sisi importir, Hidayat tidak menampik dengan pelemahan ini, akan sedikit mengerem bahan baku atau produk-produk asal negara lain yang biasa diimpor ke dalam negeri. Namun ini juga akan mempengaruhi proses investasi seperti pembangunan pabrik baru.
"Impornya saya kira akan berpengaruh juga, karena orang tidak mau mengimpor kalau memang tidak perlu karena dolarnya mahal. Tetapi dilemanya di Indonesia kalau membuka pabrik baru, ada unsur impor pada bahan bakunya. jadi saya menantang mereka untuk membuat kegiatan investasi membuat bahan bakunya," tutur Menperin.
Hidayat berharap pelemahan terhadap rupiah ini tidak sampai pada taraf yang merugikan industri, terutama pada industri yang masih banyak menggunakan bahan baku impor dalam proses pembuat produknya.
"Kalau dia stay di Rp 10.500 dalam jangka tertentu,maka nggak apa-apa, mungkin masih managable. Tapi kita tidak ingin pelemahan ini berlanjut. Kami banyak melakukanan gerakan insentif terhadap industri terutama untuk industri padat karya," tandas dia. (Dny/Nur)
"Tentu ada, orang yang berspekulasi, membeli dolar lalu dilepas lagi. Kalau eksportir saya kira mereka hanya akan menggunakan ini agar kinerja ekspornya lebih baik," ujar dia usai menghadiri acara Ground Breaking Pembangunan Pabrik Minyak Pelumas Shell di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Sementara dari sisi importir, Hidayat tidak menampik dengan pelemahan ini, akan sedikit mengerem bahan baku atau produk-produk asal negara lain yang biasa diimpor ke dalam negeri. Namun ini juga akan mempengaruhi proses investasi seperti pembangunan pabrik baru.
"Impornya saya kira akan berpengaruh juga, karena orang tidak mau mengimpor kalau memang tidak perlu karena dolarnya mahal. Tetapi dilemanya di Indonesia kalau membuka pabrik baru, ada unsur impor pada bahan bakunya. jadi saya menantang mereka untuk membuat kegiatan investasi membuat bahan bakunya," tutur Menperin.
Hidayat berharap pelemahan terhadap rupiah ini tidak sampai pada taraf yang merugikan industri, terutama pada industri yang masih banyak menggunakan bahan baku impor dalam proses pembuat produknya.
"Kalau dia stay di Rp 10.500 dalam jangka tertentu,maka nggak apa-apa, mungkin masih managable. Tapi kita tidak ingin pelemahan ini berlanjut. Kami banyak melakukanan gerakan insentif terhadap industri terutama untuk industri padat karya," tandas dia. (Dny/Nur)