PT Dirgantara Indonesia kembali akan melanjutkan proyek kerjasama pembuatan pesawat jet tempur Korea Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KFX/IFX) pada 2014. Dalam proyek tersebut, Indonesia mendapat porsi pengarapan pesawat hingga 20%.
Director of Technology & Development PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana, menjelaskan pihak Korea terpaksa menunda pembangunan proyek tersebut karena harus menunggu keputusan baru dari pemerintah. Penundaan juga terkait besarnya besarnya nilai proyek yang dikembangkan yaitu mencapai miliaran dolar AS.
"Jadi nunggu pemerintah yang baru, baru launch," ungkapnya di JCC, Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Sebelum penundaan tahun ini, pengerjaan proyek pesawat tempur tersebut sudah berjalan dua tahun yang lalu. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek ini minimal 10 tahun. Program pembuatan KFX/IFX ini sendiri merupakan kerjasama antara pemerintah Korea dengan Indonesia demi meningkatkan pertahanan di masing masing negara.
"Kerjasama ke Korea, 80% program Korea dan 20% Indonesia," jelasnya.
Nantinya, pemerintah Korea akan mendapatkan setidaknya 200 unit pesawat sementara Indonesia mendapatkan jatah sebanyak 50 unit. Jenis pesawat ini diklaim lebih canggih dibandingkan pesawat tempur unggulan Amerika Serikat, F16.
"Diatas F16 namanya generasi 4,5 , kalau generasi 5 itu F22, kita ditengah-tengah itu," kata dia.
Setidaknya dibutuhkan dana sebesar US$ 8 miliar atau setara Rp 78,4 triliun untuk menghasilkan prototype jet tempur KFX/IFX yang tersertifikasi dan siap produksi.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan mengalokasikan anggaran mencapai US$ 1,8 miliar atau senilai Rp 15,68 triliun. Alokasi ini, setara 20% dari dari keseluruhan biaya pengembangan jet tempur KFX/IFX. (Yas/Shd)
Director of Technology & Development PT Dirgantara Indonesia, Andi Alisjahbana, menjelaskan pihak Korea terpaksa menunda pembangunan proyek tersebut karena harus menunggu keputusan baru dari pemerintah. Penundaan juga terkait besarnya besarnya nilai proyek yang dikembangkan yaitu mencapai miliaran dolar AS.
"Jadi nunggu pemerintah yang baru, baru launch," ungkapnya di JCC, Jakarta, Selasa (20/8/2013).
Sebelum penundaan tahun ini, pengerjaan proyek pesawat tempur tersebut sudah berjalan dua tahun yang lalu. Diperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek ini minimal 10 tahun. Program pembuatan KFX/IFX ini sendiri merupakan kerjasama antara pemerintah Korea dengan Indonesia demi meningkatkan pertahanan di masing masing negara.
"Kerjasama ke Korea, 80% program Korea dan 20% Indonesia," jelasnya.
Nantinya, pemerintah Korea akan mendapatkan setidaknya 200 unit pesawat sementara Indonesia mendapatkan jatah sebanyak 50 unit. Jenis pesawat ini diklaim lebih canggih dibandingkan pesawat tempur unggulan Amerika Serikat, F16.
"Diatas F16 namanya generasi 4,5 , kalau generasi 5 itu F22, kita ditengah-tengah itu," kata dia.
Setidaknya dibutuhkan dana sebesar US$ 8 miliar atau setara Rp 78,4 triliun untuk menghasilkan prototype jet tempur KFX/IFX yang tersertifikasi dan siap produksi.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan mengalokasikan anggaran mencapai US$ 1,8 miliar atau senilai Rp 15,68 triliun. Alokasi ini, setara 20% dari dari keseluruhan biaya pengembangan jet tempur KFX/IFX. (Yas/Shd)