Sukses

BJ Habibie, Perantau Indonesia Paling Sukses

BJ Habibie didault menjadi salah satu diaspora Indonesia paling sukses yang telah membawa Indonesia ke kancah global.

Setelah Managing Director Bank Dunia, Sri Mulyani Indrawati, yang menjadi primadona dalam ajang Kongres II Diaspora Indonesia, kini giliran BJ Habibie mendapatkan sambutan meriah dari para perantau sukses yang tengah berkumpul di Jakarta.

Mantan presiden RI ke-3 tersebut bahkan didaulat memberikan pidato penutupan dalam ajang yang berlangsung di Gedung Jakarta Convention Centre (JCC), Jakarta.

Saat tiba di lokasi, Habibie langsung disambut oleh para tamu VIP dan beberapa fotografer yang ingin mengabadikan gambarnya. Mengenakan batik lengan panjang disertai peci warna hitam dan kacamata bulat yang menjadi ciri khasnya, Habibie melangkah menuju panggung guna memberikan Remark Inspiration Speech bagi para Diaspora yang tersebar di seluruh dunia.

Dalam pesannya, Habibie meminta agar menjadikan Diaspora Indonesia sebagai sarana untuk saling berintegrasi guna menjadikan Indonesia lebih dikenal di seluruh penjuru dunia.

"Diaspora adalah salah satu jawaban yang mengarisbawahi sumber daya alam yang akan bersinergi positif, tidak antara Anda dengan siapa saja di muka bumi ini," ungkapnya di JCC, Selasa (20/8/2013)

Tak pelak lagi, sambutan yang disampaikan Habibie langsung disambut standing applause oleh setidaknya ratusan perantau sukses yang hadir di Assembly Hall JCC tersebut.

Tak ayal, dengan segudang prestasi dan pencapaiannya yang mampu membawa nama Indonesia ke kanacah dunia lewat teknologi aerospace, Habibie didaulat sebagai diaspora Indonesia yang paling sukses.

Tak Kenal Pertamina

Dalam kesempatan langka ini, Habibie tak sungkan berbagi pengalaman hidupnya hingga menempatkannya sebagai Presiden Indonesia. Salah satu hal yang paling membekas dalam dirinya adalah kenangan ketika dirinya diminta pulang ke Jakarta oleh Mantan Presiden Soeharto.

"Waktu saya menyusun laporan Deptan, Dephub mengenai masalah membuat sistem senjata yang cangih saya dapat telepon dari Dubes Indonesia. Dia bilang saya dapat tugas kepada anda nanti jumat Doktor Ibnu Sutowo diperintahkan bertemu dengan anda. Saya tanya siapa itu ibnu sutowo? Dia pendiri dan direktur Utama Pertamina, saya tanya apa itu Peretamina? dia jawab Pertmina industri perminyakan,"ceritanya.

Habibie mengatakan keterbatasan informasi yang diterimanya kala itu, merupakan bentuk konsistensinya dalam mencintai pekerjaan yang ditekuni. Hal ini tak lantas menunjukan dirinya tidak peduli terhadap perkembangan industri perminyakan.

"Bagaiman mejadi pinter kalau tidak mendalami permasalahan dengan rici, dari mana bisa mengetahui dengan membaca,"jelasnya.

Pemanggilan Habibie untuk pulang ke Jakarta terjadi setelah dirinya tinggal di Jerman selama 23 tahun. Kala itu, Habibie tengah tekun menuntut dan mengaplikasikan ilmunya.

"Saya cerita tidak mau menjadi pembantu atau disuruh siapa saja. Di Jerman negara tekhnologi tinggi orangnya sama, 24 jam saya gunakan memperdalam ilmu meningkatkan kualitasnya," paparnya.

Dari pengalamannya itu, Habibie berpesan kepada diaspora Indonesia untuk terus menjalin sinergi dan meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan yang dimiliki masing-masing individu. "Diaspora adalah salah satu jawaban yang mengarisbawahi sumber daya alam yang akan bersinergi positif, tidak antara anda dengan siapa saja dimuka bumi ini,"tutupnya. (Yas/Shd)