Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada, A Tony Prasetiantono menyatakan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memiliki beberapa solusi yang bisa ditempuh untuk menyelamatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) agar tidak melemah terlalu dalam.
Ditemui dalam Market Update OCBC NISP di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (22/8/2013), Tony menjelaskan salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah BI kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) hingga 50 basis poin menjadi 7%. Langkah ini dianggap ampuh menjaga nilai tukar rupiah.
Tony juga mengimbau BI untuk terus menjaga neraca transaksi berjalan (current accout) agar tidak mengalami defisit terlalu dalam. Sementara persoalan cadangan devisa (Cadev) yang tergerus hingga posisi US$ 92,76 miliar, bisa diatasi dengan meminjam dana dari negara-negara di kawasan Asia seperti China dan Korea.
"Untuk pinjaman cadev bisa dilakukan dalam jangka pendek," kata Tony.
Selain BI, Tony juga mengimbau Kemenkeu agar terus berupaya menekan laju impor dan membenahi berbagai kebijakan fiskal sebaik mungkin. (Dis/Shd)
Ditemui dalam Market Update OCBC NISP di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kamis (22/8/2013), Tony menjelaskan salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah BI kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) hingga 50 basis poin menjadi 7%. Langkah ini dianggap ampuh menjaga nilai tukar rupiah.
Tony juga mengimbau BI untuk terus menjaga neraca transaksi berjalan (current accout) agar tidak mengalami defisit terlalu dalam. Sementara persoalan cadangan devisa (Cadev) yang tergerus hingga posisi US$ 92,76 miliar, bisa diatasi dengan meminjam dana dari negara-negara di kawasan Asia seperti China dan Korea.
"Untuk pinjaman cadev bisa dilakukan dalam jangka pendek," kata Tony.
Selain BI, Tony juga mengimbau Kemenkeu agar terus berupaya menekan laju impor dan membenahi berbagai kebijakan fiskal sebaik mungkin. (Dis/Shd)