Meski neraca pembayaran dan transaksi berjalan tengah mengalami defisit, lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings tetap mempertahankan outlook surat utang Indonesia dalam posisi stabil.
Outlook yang sama diberikan kepada India yang juga tengah mengalami tekanan hebat pada perekonomiannnya.
Dikutip dari keterangan tertulis Fitch, Kamis (22/8/2013), manajemen kebijakan akan menjadi kunci utama bagi Indonesia dan India dalam menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi. "Tekanan ini telah menyebar ke negara-negara berkembang di Asia, namun Fitch Ratings tidak memandang penyebaran tersebut sebagai alasan untuk mengubah rating saat ini," kata Fitch dalam laporannya.
Namun diakui, antisipasi pasar terhadap kebijakan stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memunculkan berbagai persepsi investor yang berisiko bagi perekonomian. Terlebih volatilitas pasar dapat bertahan sementara mengingat berlanjutnya ketidakpastian jadwal perlambatan laju pembelian obligasi bank tersebut.
Pelemahan tajam nilai rupiah dan rupee India diketahui telah berdampak luas terlihat dari defisit transaksi berjalan akibat penarikan dana besar-besaran dari pemodal asing.
Meningkatnya permintaan dari sisi pasokan bisa membuat ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan semakin melebar. Terlebih lagi, pertumbuhan kredit sektor swasta yang cepat, peningkatan defisit anggaran atau tingkat inflasi tinggi dapat menyebabkan kerugian yang lebih meluas di tengah para investor yang kehilangan kepercayaan dirinya.
"Hal ini dapat mengganggu stabilitas keuangan dan ekonomi negara yang menyebabkan pengambilan tindakan yang negatif," ujar Fitch.(Sis/Shd)
Outlook yang sama diberikan kepada India yang juga tengah mengalami tekanan hebat pada perekonomiannnya.
Dikutip dari keterangan tertulis Fitch, Kamis (22/8/2013), manajemen kebijakan akan menjadi kunci utama bagi Indonesia dan India dalam menjaga stabilitas keuangan dan ekonomi. "Tekanan ini telah menyebar ke negara-negara berkembang di Asia, namun Fitch Ratings tidak memandang penyebaran tersebut sebagai alasan untuk mengubah rating saat ini," kata Fitch dalam laporannya.
Namun diakui, antisipasi pasar terhadap kebijakan stimulus Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) memunculkan berbagai persepsi investor yang berisiko bagi perekonomian. Terlebih volatilitas pasar dapat bertahan sementara mengingat berlanjutnya ketidakpastian jadwal perlambatan laju pembelian obligasi bank tersebut.
Pelemahan tajam nilai rupiah dan rupee India diketahui telah berdampak luas terlihat dari defisit transaksi berjalan akibat penarikan dana besar-besaran dari pemodal asing.
Meningkatnya permintaan dari sisi pasokan bisa membuat ketidakseimbangan neraca transaksi berjalan semakin melebar. Terlebih lagi, pertumbuhan kredit sektor swasta yang cepat, peningkatan defisit anggaran atau tingkat inflasi tinggi dapat menyebabkan kerugian yang lebih meluas di tengah para investor yang kehilangan kepercayaan dirinya.
"Hal ini dapat mengganggu stabilitas keuangan dan ekonomi negara yang menyebabkan pengambilan tindakan yang negatif," ujar Fitch.(Sis/Shd)