Di tengah kekacauan ekonomi negara-negara berkembang akibat sejumlah isu global, ada negara yang begitu tahan menghadapi gempuran krisis global. Negara mana itu?
Jawabannya negeri tirai bambu. China menjadi negara paling tangguh. Menurut kepala ekonom Asia di perusahaan perbankan Spanyol BBVA, Stephen Schwartz, perlambatan ekonomi China justru meningkatkan sinyal stabilisasi ekonomi di negara tersebut.
Seperti dilansir dari CNBC, Minggu (25/8/2013), dia mengatakan, China merupakan negara yang tahan krisis dan berhasil menunjukkan ketahanan stabilisasi ekonomi nasional.
"China merupakan 'kuda tangguh' di Asia. Saat krisis keuangan Asia 1997-1998, ekonomi negara tersebut sangat stabil. Pada krisis keuangan global 2008-2009, China kembali menunjukkan pertahanan serupa," jelas Schwartz.
Dia juga mengungkap, yuan mampu bertahan dalam beberapa minggu terakhir menghadapi ketakutan para investor di tengah kemungkinan The Fed memulai program stimulusnya. Berbeda dengan nilai tukar rupiah dan rupee India yang mengalami pelemahan parah.
Sejumlah data ekonomi terbaru termasuk ulasan HSBC menunjukkan peningkatan purchasers mangers index (PMI) manufaktur pada Agustus. Pergerakan positif tersebut mampu menyulut optimisme China untuk mencapai target ekonominya yang melambat selama dua kuartal terakhir.
Angka PMI manufaktur China naik dari 47,7 poin pada Juli menjadi 50,1 poin saat ini. Peningkatan tersebut dipicu tingginya permintaan domestik.
"Data tersebut membuktikan China mampu menstabilkan ekonominya dalam jangka pendek dan menekan risiko penurunan ekonomi pada kuartal mendatang," ujar ekonom China di Nomura, Zhiwei Zhang.
Dari ulasan PMI, dia melihat adanya peningkatan risiko pada produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III.
Sementara Shwartz memandang kebijakan suatu negara sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara, khususnya China.
"Stabilisasi ekonomi tentu saja tentang kejelasan kebijakan dan kuatnya dukungan kebijakan terdapat ekonomi negara," jelasnya.
Dia merasa saat ini banyak masyarakat yakin bahwa kewenangan dan kebijakan sama dengan bisnis. Hal ini mengingat capaian target ekonomi China dengan PDB sebesar 7,5% tahun ini. (Sis/Ndw)
Jawabannya negeri tirai bambu. China menjadi negara paling tangguh. Menurut kepala ekonom Asia di perusahaan perbankan Spanyol BBVA, Stephen Schwartz, perlambatan ekonomi China justru meningkatkan sinyal stabilisasi ekonomi di negara tersebut.
Seperti dilansir dari CNBC, Minggu (25/8/2013), dia mengatakan, China merupakan negara yang tahan krisis dan berhasil menunjukkan ketahanan stabilisasi ekonomi nasional.
"China merupakan 'kuda tangguh' di Asia. Saat krisis keuangan Asia 1997-1998, ekonomi negara tersebut sangat stabil. Pada krisis keuangan global 2008-2009, China kembali menunjukkan pertahanan serupa," jelas Schwartz.
Dia juga mengungkap, yuan mampu bertahan dalam beberapa minggu terakhir menghadapi ketakutan para investor di tengah kemungkinan The Fed memulai program stimulusnya. Berbeda dengan nilai tukar rupiah dan rupee India yang mengalami pelemahan parah.
Sejumlah data ekonomi terbaru termasuk ulasan HSBC menunjukkan peningkatan purchasers mangers index (PMI) manufaktur pada Agustus. Pergerakan positif tersebut mampu menyulut optimisme China untuk mencapai target ekonominya yang melambat selama dua kuartal terakhir.
Angka PMI manufaktur China naik dari 47,7 poin pada Juli menjadi 50,1 poin saat ini. Peningkatan tersebut dipicu tingginya permintaan domestik.
"Data tersebut membuktikan China mampu menstabilkan ekonominya dalam jangka pendek dan menekan risiko penurunan ekonomi pada kuartal mendatang," ujar ekonom China di Nomura, Zhiwei Zhang.
Dari ulasan PMI, dia melihat adanya peningkatan risiko pada produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III.
Sementara Shwartz memandang kebijakan suatu negara sangat mempengaruhi stabilitas ekonomi suatu negara, khususnya China.
"Stabilisasi ekonomi tentu saja tentang kejelasan kebijakan dan kuatnya dukungan kebijakan terdapat ekonomi negara," jelasnya.
Dia merasa saat ini banyak masyarakat yakin bahwa kewenangan dan kebijakan sama dengan bisnis. Hal ini mengingat capaian target ekonomi China dengan PDB sebesar 7,5% tahun ini. (Sis/Ndw)