Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Wartowardojo menyebutkan tingkat depresiasi rupiah telah mencapai 10,9%. Namun besaran angka ini masih dinilai tidak perlu dikhawatirkan karena Bank Sentral memprediksi akan ada perbaikan kembali di 3 dan 4.
"Year to date ada depresiasi 10,9%, kita ketahui terjadi pelemahan nilai tukar karena penguatan nilai tukar dari dolar Amerika, terutama setelah FOMC meeting, analis 50% ini bahwa ekonomi Amerika mengalami perbaikan," ujar dia saat konferensi pers di Kantor BI, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013).
Agus menuturkan, perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) tersebut bukan hanya berdampak kepada Indonesia saja, tetapi juga pada negara berkembang lainnya.
"Memang ada sorotan kepada kesinambungan neraca perdagangan Indonesia, dan current account deficit sehingga terjadi pelemahan rupiah dan di pasar modal. Kondisi ini terjadi di semua kawasan, bahkan ada yang lebih buruk dari Indonesia, sedangkan Indonesia sendiri berada di tengah-tengah," kata Agus.
Dia memastikan BI akan terus menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk memperkuat inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sehat. Selain itu BI juga akan terus menjaga stabilitas nilai tukar.
"Mungkin ada kekhawatiran akan nilai tukar yang terus meningkat, tetapi ini bisa kita melihat di kuartal ke 3 dan kuartal ke 4 akan ada perbaikan dan turuh dibawah 3% GDP," katanya.
Selain itu, Agus juga menyambut baik respons yang dikeluarkan pemerintah terkait hal tersebut dengan melakukan beberapa kebijakan. Pertama, mengeluarkan kebijakan untuk memperbaiki neraca transksi berjalan ini secara nyata.
Kedua, kebijakan soal pertumbuhan ekonomi daya beli masyarakat. Ketiga kebijakan untuk menjaga tingkat inflasi. Dan terakhir kebijakan soal menjaga iklim investasi. "Kita melihat bahwa pemerintah merespon termasuk respon dalalm hal investasi dan inflasi," tandas Agus. (Dny/Nur)
"Year to date ada depresiasi 10,9%, kita ketahui terjadi pelemahan nilai tukar karena penguatan nilai tukar dari dolar Amerika, terutama setelah FOMC meeting, analis 50% ini bahwa ekonomi Amerika mengalami perbaikan," ujar dia saat konferensi pers di Kantor BI, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013).
Agus menuturkan, perbaikan ekonomi Amerika Serikat (AS) tersebut bukan hanya berdampak kepada Indonesia saja, tetapi juga pada negara berkembang lainnya.
"Memang ada sorotan kepada kesinambungan neraca perdagangan Indonesia, dan current account deficit sehingga terjadi pelemahan rupiah dan di pasar modal. Kondisi ini terjadi di semua kawasan, bahkan ada yang lebih buruk dari Indonesia, sedangkan Indonesia sendiri berada di tengah-tengah," kata Agus.
Dia memastikan BI akan terus menggunakan seluruh instrumen yang ada untuk memperkuat inflasi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan sehat. Selain itu BI juga akan terus menjaga stabilitas nilai tukar.
"Mungkin ada kekhawatiran akan nilai tukar yang terus meningkat, tetapi ini bisa kita melihat di kuartal ke 3 dan kuartal ke 4 akan ada perbaikan dan turuh dibawah 3% GDP," katanya.
Selain itu, Agus juga menyambut baik respons yang dikeluarkan pemerintah terkait hal tersebut dengan melakukan beberapa kebijakan. Pertama, mengeluarkan kebijakan untuk memperbaiki neraca transksi berjalan ini secara nyata.
Kedua, kebijakan soal pertumbuhan ekonomi daya beli masyarakat. Ketiga kebijakan untuk menjaga tingkat inflasi. Dan terakhir kebijakan soal menjaga iklim investasi. "Kita melihat bahwa pemerintah merespon termasuk respon dalalm hal investasi dan inflasi," tandas Agus. (Dny/Nur)