Sukses

Bijih Besi dan Biofuel Jadi Harapan Perbaikan Neraca Perdagangan

Neraca perdagangan RI saat ini sedang mengalami defisit. Ada 2 kebijakan ekonomi makro yang berdampak langsung terhadap neraca perdagangan.

Neraca perdagangan RI saat ini sedang mengalami defisit. Setelah keluar paket kebijakan ekonomi pemerintah dan 5 jurus kebijakan BI, diharapkan neraca perdagangan tak lagi defisit. 

Menurut ekonom dari Asia Pacific Economic & Market Analysis Citi Reaserach, Helmi Arman ada dua kebijakan ekonomi makro yang berdampak langsung terhadap neraca perdagangan.

Kebijakan itu antara lain, relaksasi kuota ekspor mineral dan satu lagi kewajiban pencampuran biofuel (bahan bakar nabati/BBN) untuk solar.

"Relaksasi kuota ekspor mineral dapat membantu meningkatkan ekspor, meskipun volume ekspor bijih besi telah membaik pada pertengahan 2012 paska pembatasan (karena lebih banyak penambang telah memenuhi syarat ekspor)," terang Helmi dalam hasil risetnya seperti dikutip Senin (26/8/2013).

Jika terjadi peningkatan ekspor bijih besi (sudah diproses) sekitar 20%-30%, lanjutnya, pendapatan ekspor Indonesia akan terkerek naik sekitar US$ 100 juta-US$ 150 juta per bulan.

Kebijakan kedua, sambung Helmi, soal keharusan campuran biofuel menjadi 10% untuk bahan bakar solar (mandatory) diperkirakan akan menurunkan impor minyak.

"Asumsinya impor minyak selama ini 40%, kalau dicampur biofuel, maka impor minyak diproyeksikan berkurang 10% atau senilai US$ 130 juta per bulan," ujarnya.

Menurut dia, dampak potensial dari kebijakan BBN ini bisa menekan defisit neraca perdagangan sekitar 0,3%-0,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada basis tahunan.

"Skenario pengalihan penggunaan biofuel ini mungkin tidak bisa dalam waktu singkat. Dan penghematan ini harus diimbangi dengan penghapusan kuota impor pangan, seperti daging dan hortikultura," tukas Helmi.

Sekadar informasi, kebijakan relaksasi kuota ekspor mineral dan peningkatan penggunaan BBN pada solar merupakan satu dari empat paket kebijakan ekonomi makro yang telah dirilis pada pekan lalu.

Paket ini masuk dalam paket pertama yang dibuat untuk memperbaiki neraca transaksi berjalan (current account) dan menjaga nilai tukar rupiah. (Fik/Igw)

 

Video Terkini