PT Pertamina (Persero) memasang target dapat menghasilkan listrik sebesar 2.295 megawatt (MW) pada 2018. Langkah itu diambil untuk mendukung pengembangan energi baru terbarukan.
"Mungkin Pertamina sering disebut perusaaan minyak, melihat Pertamina seperti yang dulu. Kini Pertamina sudah menjadi perusahaan energi, hydro, CBN, solar panel, itu semua kita akan kerjakan," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan seperti yang dikutip Liputan6.com dari bahan orasi ilmiahnya di Jakarta, Senin (26/8/2013).
Untuk mengurangi penggunaan sumber energi fosil yang tidak bisa di perbaharui, saat ini Pertamina mengembangkan energi panas bumi untuk sumber pembangkit listrik di Indonesia. Pada 2013, listrik yang dialiri dari sumber panas bumi yang dioperatori oleh Pertamina sebesar 402 MW, jika disetarakan dengan minyak sebesar 19 ribu barel setara minyak per hari (boepd).
Target tersebut akan mengalami peningkatan pada 2014, listrik yang akan dialiri 630 MW setara dengan 29,8 ribu boepd. Kemudian meningkat menjadi 1.060 MW setara minyak 50 ribu boepd pada tahun berikutnya. Pada 2016, produksi listrik panas bumi sekitar 1.425 MW setara dengan 67 ribu boepd dan 2.025 Mw setara minyak 95,8 ribu boepd pada 2017.
"Pada 2018, perusahaan energi plat merah tersebut menargetkan dapat mengaliri listrik 2.295 MW atau setara minyak 110 ribu boepd," terang dia.
Selain itu menurut Karen, pengembangan EBT juga diaplikasikan pada program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responbility/CSR) dengan membangun pembangkit listrik seperti mini hydro di derah terpencil yang belum teraliri listrik.
"Saya di Bali pernah menyampaikan menjadi solusi energi nasiona kita bisa menggunakan local wisdom, kalau di daerah tertinggal kita pakai mini hydro power plant, sehingga tidak tergantung dengan PLN. Masih banyak anak yang belum mendapat listrik, mereka calon pemimpin bangsa kita," pungkasnya. (Pew/Ndw)
"Mungkin Pertamina sering disebut perusaaan minyak, melihat Pertamina seperti yang dulu. Kini Pertamina sudah menjadi perusahaan energi, hydro, CBN, solar panel, itu semua kita akan kerjakan," kata Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan seperti yang dikutip Liputan6.com dari bahan orasi ilmiahnya di Jakarta, Senin (26/8/2013).
Untuk mengurangi penggunaan sumber energi fosil yang tidak bisa di perbaharui, saat ini Pertamina mengembangkan energi panas bumi untuk sumber pembangkit listrik di Indonesia. Pada 2013, listrik yang dialiri dari sumber panas bumi yang dioperatori oleh Pertamina sebesar 402 MW, jika disetarakan dengan minyak sebesar 19 ribu barel setara minyak per hari (boepd).
Target tersebut akan mengalami peningkatan pada 2014, listrik yang akan dialiri 630 MW setara dengan 29,8 ribu boepd. Kemudian meningkat menjadi 1.060 MW setara minyak 50 ribu boepd pada tahun berikutnya. Pada 2016, produksi listrik panas bumi sekitar 1.425 MW setara dengan 67 ribu boepd dan 2.025 Mw setara minyak 95,8 ribu boepd pada 2017.
"Pada 2018, perusahaan energi plat merah tersebut menargetkan dapat mengaliri listrik 2.295 MW atau setara minyak 110 ribu boepd," terang dia.
Selain itu menurut Karen, pengembangan EBT juga diaplikasikan pada program tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responbility/CSR) dengan membangun pembangkit listrik seperti mini hydro di derah terpencil yang belum teraliri listrik.
"Saya di Bali pernah menyampaikan menjadi solusi energi nasiona kita bisa menggunakan local wisdom, kalau di daerah tertinggal kita pakai mini hydro power plant, sehingga tidak tergantung dengan PLN. Masih banyak anak yang belum mendapat listrik, mereka calon pemimpin bangsa kita," pungkasnya. (Pew/Ndw)