Saat ini rupiah tengah menghadapi takdir pelemahan nilai tukar terburuk sejak 2008. Rupiah bahkan tercatat sempat menembus level 11.148 dalam beberapa hari terakhir. Gejolak parahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ternyata mengguncang perhatian dunia.
Tak hanya di dalam negeri, sejumlah media internasional terus mengawasi dan memberitakan derita rupiah saat ini. Hal ini sekaligus membuktikan kebenaran ramalan pakar strategi ekonomi negara-negara berkembang, Peter Redward setahun lalu.
Seperti diberitakan CNBC, dalam laporan hasil penelitian Redward Associates, pada 13 Agustus 2012, Redward memprediksi rupiah akan berada di level 10.700 dalam waktu 12 bulan. Ramalannya bukan isapan jempol belaka, terbukti pada perdagangan Selasa (20/8/2013) rupiah tepat berada di level tersebut.
Dari laman Arab News, penurunan kurs rupiah hingga saat ini telah mencapai 10,9%. Rupee India masih menjadi mata uang yang mengalami pelemahan terparah sebesar 15%, dan rupiah berada tepat di bawahnya.
Seperti dijelaskan Reuters, pelemahan tersebut disebabkan kepanikan para investor menghadapi persiapan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menghentikan program stimulusnya pada September mendatang. Kecemasan tersebut membuat para investor ramai-ramai menarik dananya ke luar Indonesia.
Pelemahan tajam rupiah dan rendahnya harga komoditas ekspor membuat cadangan devisa tanah air berkurang signifikan sebesar 18%.
Saat ini cadangan devisi dalam negeri tersisa US$ 92 miliar dari US$ 112 miliar tahun lalu seperti dikabarkan Xinhua. Faktor tersebut juga turut mempengaruhi para investor melarikan dananya ke negara lain.
Dari laporan Goldman Sachs seperti ditulis Bloomberg, rupiah bisa menyentuh level 12.000 per dolar AS tahun ini.
Beberapa langkah pencegahan penurunan nilai rupiah lebih lanjut telah diupayakan pemerintah seperti menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin beberapa waktu lalu.
Washington Post turut mengabarkan upaya terbaru pemerintah Indonesia yaitu larangan impor mobil mewah guna mendorong keuangan di dalam negeri. Pemerintah juga telah mengeluarkan empat paket kebijakan untuk mengatasi lemahnya situasi ekonomi Indonesia saat ini.
Namun, pelemahan rupiah tersebut tak secara menyeluruh berdampak negatif. Para tenaga kerja Indonesia (TKI) di Singapura memanfaatkan momen ini untuk mengirim uang lebih besar ke keluarganya di tanah air.
Dikabarkan The Star Online, pekan lalu terjadi lonjakan penukaran mata uang dolar Singapura ke dalam rupiah. Pembantu asal Indonesia bahkan meminta majikannya membayar gajinya lebih awal dan mengirim 1.000 dolar Singapura (Rp 10,02 juta) ke kampung halamannya
"Saya tak keberatan membayarnya lebih awal, nilai tukar rupiah saat ini sangat menguntungkan bagi mereka, sayang sekali jika tak dimanfaatkan," ujar Serene Eng, majikan pembantu Indonesia tersebut. (Sis/Ndw)
Tak hanya di dalam negeri, sejumlah media internasional terus mengawasi dan memberitakan derita rupiah saat ini. Hal ini sekaligus membuktikan kebenaran ramalan pakar strategi ekonomi negara-negara berkembang, Peter Redward setahun lalu.
Seperti diberitakan CNBC, dalam laporan hasil penelitian Redward Associates, pada 13 Agustus 2012, Redward memprediksi rupiah akan berada di level 10.700 dalam waktu 12 bulan. Ramalannya bukan isapan jempol belaka, terbukti pada perdagangan Selasa (20/8/2013) rupiah tepat berada di level tersebut.
Dari laman Arab News, penurunan kurs rupiah hingga saat ini telah mencapai 10,9%. Rupee India masih menjadi mata uang yang mengalami pelemahan terparah sebesar 15%, dan rupiah berada tepat di bawahnya.
Seperti dijelaskan Reuters, pelemahan tersebut disebabkan kepanikan para investor menghadapi persiapan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menghentikan program stimulusnya pada September mendatang. Kecemasan tersebut membuat para investor ramai-ramai menarik dananya ke luar Indonesia.
Pelemahan tajam rupiah dan rendahnya harga komoditas ekspor membuat cadangan devisa tanah air berkurang signifikan sebesar 18%.
Saat ini cadangan devisi dalam negeri tersisa US$ 92 miliar dari US$ 112 miliar tahun lalu seperti dikabarkan Xinhua. Faktor tersebut juga turut mempengaruhi para investor melarikan dananya ke negara lain.
Dari laporan Goldman Sachs seperti ditulis Bloomberg, rupiah bisa menyentuh level 12.000 per dolar AS tahun ini.
Beberapa langkah pencegahan penurunan nilai rupiah lebih lanjut telah diupayakan pemerintah seperti menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin beberapa waktu lalu.
Washington Post turut mengabarkan upaya terbaru pemerintah Indonesia yaitu larangan impor mobil mewah guna mendorong keuangan di dalam negeri. Pemerintah juga telah mengeluarkan empat paket kebijakan untuk mengatasi lemahnya situasi ekonomi Indonesia saat ini.
Namun, pelemahan rupiah tersebut tak secara menyeluruh berdampak negatif. Para tenaga kerja Indonesia (TKI) di Singapura memanfaatkan momen ini untuk mengirim uang lebih besar ke keluarganya di tanah air.
Dikabarkan The Star Online, pekan lalu terjadi lonjakan penukaran mata uang dolar Singapura ke dalam rupiah. Pembantu asal Indonesia bahkan meminta majikannya membayar gajinya lebih awal dan mengirim 1.000 dolar Singapura (Rp 10,02 juta) ke kampung halamannya
"Saya tak keberatan membayarnya lebih awal, nilai tukar rupiah saat ini sangat menguntungkan bagi mereka, sayang sekali jika tak dimanfaatkan," ujar Serene Eng, majikan pembantu Indonesia tersebut. (Sis/Ndw)