Dampak kenaikan harga kedelai yang terjadi belakangan ini, membuat para pemilik warung makan ikut menaikan harga menu makanan berbahan baku kedelai di warungnya.
Pemilik Warung Tegal (Warteg) di daerah Tendean, Warti (42) mengakui jika harga tempe dan tahu sudah naik sepekan terakhir.
Dia pun terpaksa menaikkan harga tahu dan tempe olahannya. Padahal, menu ini yang paling disukai pelanggannya.
"Bayangkan saja biasanya kalau makan tahu atau tempe, nasi dan sayuran seharga Rp 5.000 per porsi, setelah ada kenaikan bisa mencapai Rp 6.000 per porsi. Kenaikannya cukup tinggilah untuk para pembeli," kata Warti saat ditemui Liputan6.com, Selasa (27/8/2013).
Warti menjelaskan, untuk porsi makan lainnya jika dicampur tempe dan tahu, juga dipatok naik. Misalkan menu tempe, telor, sayur dan nasi dari sebelumnya seharga Rp 8.000, kini naik menjadi Rp 9.000-Rp 10 ribu per porsi.
Kenaikan menu makan tempe dan tahu baru dirasakan pedagang sekitar 3 hari yang lalu sampai sekarang. Harga baru menu makanan dikatakan Warti tidak akan turun selama harga bahan bakunya tetap mahal.
"Harga tempe dan tahu mengalami kenaikan dalam beberapa hari ini. Kenaikannya sangat dirasakanlah bagi semua kalangan yang berkunjung ke pasar. Tahu dan tempe paling banyak diburu," tegas dia.
Menurut dia, kenaikan harga tempe dan tahu, selain kenaikan harga kedelai, mahalnya harga tahu dan tempe karena pasokannya sangat sedikit di pasar-pasar tradisional.
"Susah dicari tempe dan tahu, mungkin pemasok tempe dan tahu sulit mencari kebutuhan kedelai, karena harga kedelai kan naik," urai dia.
Pengunjung Warteg Warti, Rudi (31) mengaku sangat sering berkunjung untuk menikmati makanan di warteg karena harganya lebih murah dan terjangkau masyarakat banyak.
"Jika memang naik, yah kami pembeli hanya bisa merasakannya saja, asalkan kenaikannya jangan terlalu tinggi saja," tutup Rudi. (Dis/Nur)
Pemilik Warung Tegal (Warteg) di daerah Tendean, Warti (42) mengakui jika harga tempe dan tahu sudah naik sepekan terakhir.
Dia pun terpaksa menaikkan harga tahu dan tempe olahannya. Padahal, menu ini yang paling disukai pelanggannya.
"Bayangkan saja biasanya kalau makan tahu atau tempe, nasi dan sayuran seharga Rp 5.000 per porsi, setelah ada kenaikan bisa mencapai Rp 6.000 per porsi. Kenaikannya cukup tinggilah untuk para pembeli," kata Warti saat ditemui Liputan6.com, Selasa (27/8/2013).
Warti menjelaskan, untuk porsi makan lainnya jika dicampur tempe dan tahu, juga dipatok naik. Misalkan menu tempe, telor, sayur dan nasi dari sebelumnya seharga Rp 8.000, kini naik menjadi Rp 9.000-Rp 10 ribu per porsi.
Kenaikan menu makan tempe dan tahu baru dirasakan pedagang sekitar 3 hari yang lalu sampai sekarang. Harga baru menu makanan dikatakan Warti tidak akan turun selama harga bahan bakunya tetap mahal.
"Harga tempe dan tahu mengalami kenaikan dalam beberapa hari ini. Kenaikannya sangat dirasakanlah bagi semua kalangan yang berkunjung ke pasar. Tahu dan tempe paling banyak diburu," tegas dia.
Menurut dia, kenaikan harga tempe dan tahu, selain kenaikan harga kedelai, mahalnya harga tahu dan tempe karena pasokannya sangat sedikit di pasar-pasar tradisional.
"Susah dicari tempe dan tahu, mungkin pemasok tempe dan tahu sulit mencari kebutuhan kedelai, karena harga kedelai kan naik," urai dia.
Pengunjung Warteg Warti, Rudi (31) mengaku sangat sering berkunjung untuk menikmati makanan di warteg karena harganya lebih murah dan terjangkau masyarakat banyak.
"Jika memang naik, yah kami pembeli hanya bisa merasakannya saja, asalkan kenaikannya jangan terlalu tinggi saja," tutup Rudi. (Dis/Nur)