Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan lagi suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 7%.
Kebijakan ini diprediksi bukan menjadi yang terakhir diambil BI untuk merespons terus merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
"Karena masih ada dampak kebijakan AS yang kemungkinan akan memperkecil stimulusnya di tahun ini," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Kamis (29/8/2013).
Dia mengatakan setiap kebijakan yang diambil Bank Sentral AS, memang akan mempengaruhi kondisi sebagian besar negara-negara di dunia seperti Indonesia. Sebab itu, BI dan Bank Sentral negara lainnya akan terus memantau kebijakan yang diambil the Fed AS.
Kenaikan BI rate ini, menurut dia, sudah diprediksi pasar karena bertujuan menjaga rupiah tak kian merosot dan cadangan devisa nasional.
Dia menilai kenaikan suku bunga acuan BI masih lebih kecil dibandingkan negara lain, seperti Brazil. Kebijakan ini dikatakan dampak kenaikan kredibilitas BI dan segera direspons pasar. "Kali ini akan lebih direspons dan paket kebijakan direspons lebih positif," lanjutnya.
Menurut dia, kenaikan suku bunga acuan BI belum akan mendorong investasi asing deras masuk ke dalam negeri, memperlambat pertumbuhan ekonomi tapi cukup membuat kestabilan nilai tukar rupiah. (Nur)