Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo Siswo Utomo mengatakan pemerintah akan melibatkan perusahaan nasional dalam kontrak Blok Mahakam, setelah habis kontraknya pada 2017 nanti. Meski, pemerintah masih akan melibatkan Total dalam perpanjang kontrak tersebut.
Susilo mengatakan, saat ini yang terpenting adalah mempertahankan produksi migas dari blok yang terletak di Kalimantan Timur tersebut meski kontraknya akan berakhir di 2017.
"Keberpihakan terhadap nasional iya. Itu pasti. Yang paling penting produksi blok yang sudah berakhir harus tetap berjalan. Negara harus dpt lebih," kata Susilo di Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Menurut dia, permasalahan pengelola berikutnya setelah masa kontrak Total habis yang selalu diributkan hanya masalah penunjukan. Namun hal ini harus mempertimbangkan kesiapan biaya, teknologi dan sumber daya manusia karena mengelola blok tersebut terbilang sulit.
"Masalah operator masalah siapa yang mencangkul. Teman-teman jangan berpikir mengoperasikan Mahakam sama dengan mengoperasikan Banyurip. Kalau di Mahakam itu 98 %nya sudah berwujud air. Oleh kerena itu kompleksitas berbeda. Bukan berarti siapapun bisa menjalankan itu," ungkap dia.
Karena itu, dia mengaku, instansinya berencana melibatkan operator sebelumnya yaitu Total, meski begitu Kementerian ESDM membantah akan merugikan negara.
"Yang jelas ESDM tidak berkepentingan untuk merugikan negara. Tidak ada rencana permainan. Kalau misalkan ada tuduhan janganlah kesana. Tetap dilibatkan (Total) karena masalah ini tidak bisa hanya sekedar dijalanin dengan seperti biasa," pungkasnya. (Pew/Nur)
Susilo mengatakan, saat ini yang terpenting adalah mempertahankan produksi migas dari blok yang terletak di Kalimantan Timur tersebut meski kontraknya akan berakhir di 2017.
"Keberpihakan terhadap nasional iya. Itu pasti. Yang paling penting produksi blok yang sudah berakhir harus tetap berjalan. Negara harus dpt lebih," kata Susilo di Jakarta, Kamis (29/8/2013).
Menurut dia, permasalahan pengelola berikutnya setelah masa kontrak Total habis yang selalu diributkan hanya masalah penunjukan. Namun hal ini harus mempertimbangkan kesiapan biaya, teknologi dan sumber daya manusia karena mengelola blok tersebut terbilang sulit.
"Masalah operator masalah siapa yang mencangkul. Teman-teman jangan berpikir mengoperasikan Mahakam sama dengan mengoperasikan Banyurip. Kalau di Mahakam itu 98 %nya sudah berwujud air. Oleh kerena itu kompleksitas berbeda. Bukan berarti siapapun bisa menjalankan itu," ungkap dia.
Karena itu, dia mengaku, instansinya berencana melibatkan operator sebelumnya yaitu Total, meski begitu Kementerian ESDM membantah akan merugikan negara.
"Yang jelas ESDM tidak berkepentingan untuk merugikan negara. Tidak ada rencana permainan. Kalau misalkan ada tuduhan janganlah kesana. Tetap dilibatkan (Total) karena masalah ini tidak bisa hanya sekedar dijalanin dengan seperti biasa," pungkasnya. (Pew/Nur)