Sukses

Resep China Lepas dari Jerat Krisis

Badai ekonomi global yang menghantam Indonesia tak melulu dapat terselesaikan dengan cara mengguyur pasar melalui pinjaman dana dari IMF.

Badai ekonomi global yang menghantam Indonesia tak melulu dapat terselesaikan dengan cara mengguyur pasar melalui pinjaman dana dari International Monetary Fund (IMF). Namun butuh kerja keras antara pemerintah dan pengusaha untuk keluar dari kondisi tersebut.

Ekonom dari Econit, Hendri Saparini mengungkapkan, Indonesia jangan menyiakan moneter untuk mengguyur pasar mengingat sangat sulit membawa rupiah kembali di bawah Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

"Lakukan shifting strategy, artinya jika kurs berada di kisaran Rp 10 ribu-Rp 11 ribu per dolar AS, sektor mana saja yang akan diuntungkan dan berikan insentif secara komprehensif supaya mendorong manfaat," jelas dia di Jakarta, Kamis (29/8/2013) malam.

Dia mencontohkan, saat terjadi krisis keuangan di China pada 2009, pemerintah dan pihak swasta Negeri Tirai Bambu tersebut kompak untuk menetapkan kebijakan maupun realisasi hingga akhirnya selamat dari kondisi itu.

"Saya pernah tanya Direktur Exim saat kunjungan ke China, apa yang Anda lakukan untuk keluar dari krisis sehingga pemerintah dan swasta bisa hand to hand memilih sektornya. Dia menjawab kuncinya cuma satu, kami bekerja 100 jam per minggu," jelasnya.

Arinya, kata Hendri, pemerintah dan pihak swasta di China terus menggelar diskusi atau pertemuan untuk memilih sektor mana yang perlu memperoleh insentif.

"Bukan cuma industri padat karya saja seperti sekarang. Kalau sudah ditetapkan, maka sektor lain yang belum menerima harus legowo, karena nanti pada gilirannya akan kebagian juga," pungkas dia. (Fik/Ndw)