Pemerintah Indonesia menyatakan kerja sama penurunan gas emisi rumah kaca (GRK) alias Joint Crediting Mechanism (JCM) dengan Jepang telah menuntaskan studi kelayakan 57 proyek di Tanah Air.
Deputi Bidang Kerja sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, dari 57 proyek tersebut, sebanyak 23 diantaranya merupakan energi terbarukan. Sedangkan 13 proyek di sektor kegiatan berbasis kehutanan, dan sisanya di bidang lain.
"Sebanyak 57 studi kelayakan tersebut sudah selesai dan akan ditindaklanjuti kembali melalui Joint Commitee pada tahun ini dengan Pak Menko dan pihak Jepang," terang dia saat ditemui di acara JCM Indonesia-Jepang di Jakarta, Jumat (30/8/2013).
Pemerintah Jepang, menurut Rizal, akan membiayai proyek ramah lingkungan dari perusahaan Jepang yang akan menanamkan investasi di tanah air.
"Nanti hasilnya sebagian akan diklaim merupakan penurunan gas emisi rumah kaca oleh Jepang dan sebagian lagi untuk Indonesia. Karena kami punya target masing-masing dalam mengecilkan emisi karbon," ucap dia.
Sayangnya, Rizal maupun Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yushinori Katori enggan menyebut investasi perusahaan Jepang tersebut.
"Pokoknya besar, karena nilai investasi ini akan tertuang dalam Joint Commitee. Bahkan jika terealisasi, investasi tersebut bisa dibilang terbesar dibanding negara lain yang menyepakati JCM," tambah dia.
Dia menyebut, Sharp dan Mitsubishi merupakan dua perusahaan yang bakal investasi di Indonesia di bidang sollar cell dan efisien teknologi. Meski begitu, Rizal belum bersedia menjelaskan secara lebih rinci mengenai rencana investasi perusahaan tersebut.
"Ini adalah kesempatan Indonesia karena Jepang sedang membuka peluang besar bagi pengembangan energi terbarukan di sini. Supaya masyarakat tidak terus tergantung pada bahan bakar fosil," tandas dia. (Fik/Ndw)
Deputi Bidang Kerja sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Rizal Affandi Lukman, dari 57 proyek tersebut, sebanyak 23 diantaranya merupakan energi terbarukan. Sedangkan 13 proyek di sektor kegiatan berbasis kehutanan, dan sisanya di bidang lain.
"Sebanyak 57 studi kelayakan tersebut sudah selesai dan akan ditindaklanjuti kembali melalui Joint Commitee pada tahun ini dengan Pak Menko dan pihak Jepang," terang dia saat ditemui di acara JCM Indonesia-Jepang di Jakarta, Jumat (30/8/2013).
Pemerintah Jepang, menurut Rizal, akan membiayai proyek ramah lingkungan dari perusahaan Jepang yang akan menanamkan investasi di tanah air.
"Nanti hasilnya sebagian akan diklaim merupakan penurunan gas emisi rumah kaca oleh Jepang dan sebagian lagi untuk Indonesia. Karena kami punya target masing-masing dalam mengecilkan emisi karbon," ucap dia.
Sayangnya, Rizal maupun Duta Besar Jepang untuk Indonesia Yushinori Katori enggan menyebut investasi perusahaan Jepang tersebut.
"Pokoknya besar, karena nilai investasi ini akan tertuang dalam Joint Commitee. Bahkan jika terealisasi, investasi tersebut bisa dibilang terbesar dibanding negara lain yang menyepakati JCM," tambah dia.
Dia menyebut, Sharp dan Mitsubishi merupakan dua perusahaan yang bakal investasi di Indonesia di bidang sollar cell dan efisien teknologi. Meski begitu, Rizal belum bersedia menjelaskan secara lebih rinci mengenai rencana investasi perusahaan tersebut.
"Ini adalah kesempatan Indonesia karena Jepang sedang membuka peluang besar bagi pengembangan energi terbarukan di sini. Supaya masyarakat tidak terus tergantung pada bahan bakar fosil," tandas dia. (Fik/Ndw)