Sukses

Kecilkan Ukuran dan Harga Naik Strategi Pengrajin Tahu Tempe

Pengrajin tahu dan tempe melakukan berbagai cara agar tetap bisa mempertahankan usahanya yang kian terjepit mahalnya harga kedelai.

Pengrajin tahu dan tempe melakukan berbagai cara agar tetap bisa mempertahankan usahanya yang kian terjepit mahalnya harga bahan baku kedelai.

Langkah yang mereka ambil mulai dari penurunan produksi, kenaikan harga hingga menjual produknya dengan ukuran lebih kecil tetapi tetap dijual dengan harga sama seperti sebelumnya.

Asep Nurdin, Ketua Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jawa Barat, mengaku sudah ada pengrajin yang mengurangi produksi mereka.

"Kami memang belum ada data detail tapi sudah ada yang kurang produksim terutama yang membuat 50 kilogram (kg) ke bawah," kata dia, Jumat (30/8/2013).

Dia memprediksi pengurangan produksi mencapai 5% sampai 10% dari yang biasa diproduksi pengrajin. Pengurangan produksi dinilai bisa mempertahankan usaha mereka.

Selain pengurangan produksi, langkah lain adalah dengan memperkecil ukuran tempe dan tahu yang dijual dengan harga tetap seperti sebelumnya. Ini sebagai langkah agar pembelian masyarakat tak turun.

Bagi pengrajin yang sudah tidak sanggup, mereka pada akhirnya memilih menaikkan harga tahu dan tempenya. Harga tempe diketahui naik sekitar Rp 500 untuk ukuran 6 sampai 7 ons dari Rp 3.000 menjadi Rp 3.500. Sementara harga tahu naik sekitar Rp 100 per potong kecil.

Dia mengungkapkan semua itu dilakukan agar usaha para pengrajin masih bisa berjalan norma. Meski dia tetap mendesak pemerintah segera bisa menstabilkan harga kedelai.

"Jangan sampai tahu dan tempe naik terus karena daya beli masyarakat masih rendah.  Apalagi tahu dan tempe juga menjadi pilihan utama masyarakat," tandas dia. (Nur)