Ternyata ada hubungan antara emosi dengan kondisi keuangan. Hasil penelitian yang dilakukan para ilmuwan asal sejumlah universitas di Inggris dan Amerika Serikat (AS) menemukan jika kepanikan seseorang akan kondisi keuangan dapat membuat tingkat kepandaian (Iintelligent Quotient/IQ)) seseorang berkurang 13 poin.
Hasilnya, karena tekanan finansial tersebut, seseorang cenderung membuat keputusan yang buruk seperti memperbanyak rasio utang.
Hasil penelitian juga menunjukkan orang-orang berpendapatan rendah yang mampu mengelola keuangannya dengan baik memiliki tingkat kecerdasan yang sama dengan mereka yang berpenghasilan tinggi.
Sementara sebagian lain yang tak mampu mengatasinya akan mengalami tekanan finansial yang dapat membuat kecerdasan berkurang.
"Hasil penelitian kami menunjukkan, saat Anda berada dalam kondisi kurang mampu dan panik, bukan jumlah uang saja yang tipis tapi kapasitas otak berpikir kognitif juga berkurang," ujar ekonom Harvard Sendhil Mullainathan, seperti melansir Daily Mail, Sabtu (31/8/2013).
Pernyataan tersebut tak berarti bahwa orang-orang yang kurang mampu tak bisa secerdas orang lain. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tekanan yang dipicu kesulitan ekonomi pribadi bisa mengurangi kecerdasan seseorang. Orang kaya tak akan mengalaminya karena mereka tak perlu pusing karena uang.
Kondisi tersebut dipicu kerja otak yang terlalu fokus memikirkan kebutuhan sehari-hari dan uang. Sementara orang kaya akan cenderung memikirkan banyak hal yang membantu otak bekerja lebih efektif.
Dia lebih lanjut menjelaskan, seseorang dengan kepanikan finansial tak ubahnya komputer yang prosesnya melambat akibat menanggung fungsi kerja yang berlebihan.
Perlambatan sistem tersebut bukan karena komputernya yang lambat, tapi karena komputer mengerjakan hal lain yang membuatnya terlihat lambat.
Dalam penelitian yang dilakukan tim dari sejumlah universitas Inggris dan Amerika Serikat (AS), terdapat 400 orang yang dilibatkan dan dipilih secara acak.
Setelah itu para peneliti membaginya ke dalam dua kelompok "Kaya" dan "Miskin" berdasarkan jumlah pendapatannya.
Setelah diingatkan soal kondisi ekonominya, para partisipan dari kelompok "kaya" terbukti mengerjakan tes IQ-nya jauh lebih baik dibandingkan kelompok lainnya.
"Bagi kelompok partisipan kurang mampu, kekhawatiran akan keuangan akan muncul ke permukaan pikiran dan membuatnya lebih fokus pada hal tersebut dibandingkan tes yang dilakoninya, " jelas Mullainathan.
Sementara hasil tes IQ ke-2 yang dilakukan para peneliti pada para petani di India menunjukkan hasil serupa. Meski berpendapatan rendah para petani tersebut tetap mampu menunjukkan hasil tes yang sangat baik.
Hal ini karena tes diselenggarakan usai panen besar dan para petani tersebut baru saja memperoleh uang. Artinya saat mengerjakan tes, para petani miskin tersebut tidak sedang dalam tekanan finansial.
Jadi ingat!, kepanikan karena tidak punya uanglah yang membuat kecerdasan seseorang berkurang. (Sis/Nur)
Hasilnya, karena tekanan finansial tersebut, seseorang cenderung membuat keputusan yang buruk seperti memperbanyak rasio utang.
Hasil penelitian juga menunjukkan orang-orang berpendapatan rendah yang mampu mengelola keuangannya dengan baik memiliki tingkat kecerdasan yang sama dengan mereka yang berpenghasilan tinggi.
Sementara sebagian lain yang tak mampu mengatasinya akan mengalami tekanan finansial yang dapat membuat kecerdasan berkurang.
"Hasil penelitian kami menunjukkan, saat Anda berada dalam kondisi kurang mampu dan panik, bukan jumlah uang saja yang tipis tapi kapasitas otak berpikir kognitif juga berkurang," ujar ekonom Harvard Sendhil Mullainathan, seperti melansir Daily Mail, Sabtu (31/8/2013).
Pernyataan tersebut tak berarti bahwa orang-orang yang kurang mampu tak bisa secerdas orang lain. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tekanan yang dipicu kesulitan ekonomi pribadi bisa mengurangi kecerdasan seseorang. Orang kaya tak akan mengalaminya karena mereka tak perlu pusing karena uang.
Kondisi tersebut dipicu kerja otak yang terlalu fokus memikirkan kebutuhan sehari-hari dan uang. Sementara orang kaya akan cenderung memikirkan banyak hal yang membantu otak bekerja lebih efektif.
Dia lebih lanjut menjelaskan, seseorang dengan kepanikan finansial tak ubahnya komputer yang prosesnya melambat akibat menanggung fungsi kerja yang berlebihan.
Perlambatan sistem tersebut bukan karena komputernya yang lambat, tapi karena komputer mengerjakan hal lain yang membuatnya terlihat lambat.
Dalam penelitian yang dilakukan tim dari sejumlah universitas Inggris dan Amerika Serikat (AS), terdapat 400 orang yang dilibatkan dan dipilih secara acak.
Setelah itu para peneliti membaginya ke dalam dua kelompok "Kaya" dan "Miskin" berdasarkan jumlah pendapatannya.
Setelah diingatkan soal kondisi ekonominya, para partisipan dari kelompok "kaya" terbukti mengerjakan tes IQ-nya jauh lebih baik dibandingkan kelompok lainnya.
"Bagi kelompok partisipan kurang mampu, kekhawatiran akan keuangan akan muncul ke permukaan pikiran dan membuatnya lebih fokus pada hal tersebut dibandingkan tes yang dilakoninya, " jelas Mullainathan.
Sementara hasil tes IQ ke-2 yang dilakukan para peneliti pada para petani di India menunjukkan hasil serupa. Meski berpendapatan rendah para petani tersebut tetap mampu menunjukkan hasil tes yang sangat baik.
Hal ini karena tes diselenggarakan usai panen besar dan para petani tersebut baru saja memperoleh uang. Artinya saat mengerjakan tes, para petani miskin tersebut tidak sedang dalam tekanan finansial.
Jadi ingat!, kepanikan karena tidak punya uanglah yang membuat kecerdasan seseorang berkurang. (Sis/Nur)