Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gapoptindo) Aip Syarifuddin mengatakan, bila harga kedelai tidak segera kembali normal, maka diperkirakan harga tempe tahu akan naik mencapai 20%.
"Kenaikan harga tempe tahu mungkin bisa sekitar 10-20%. Kami minta maaf kepada masyarakat kalau nanti terpaksa kami naikkan," ujar Aip di gedung Pusdiklat Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jakarta Selatan, Minggu (1/9/2013).
Aip menjelaskan, kelangkaan kedelai yang membuat harga tempe dan tahu melonjak dipicu oleh beberapa hal. Salah satu pemicunya adalah ulah para spekulan yang mempermainkan pasokan dan kurs dolar yang tinggi.
"Ada juga anomali cuaca di Amerika Serikat (AS) sebagai negara eksportir kedelai ke Indonesia. Padahal di bursa komoditas Chicago cenderung menurun karena di AS dikabarkan akan panen," lanjutnya.
Harga kedelai dalam 3 bulan terakhir berada di level Rp 6.500-6.700 per kilogram (kg). Sementara pada awal Agustus menjelang lebaran, kedelai kembali naik ke level Rp 7.200 per kg. "Sekarang terendah saja Rp 8.700 dan tertinggi Rp 9.600,” tandasnya.
Aip menjelaskan, stok kedelai yang dimiliki oleh asosiasi saat ini tengah mengalami kekosongan. Stok bahan pangan tersebut kini justru banyak tersimpan di tingkat importir.
"Kata Mendag (Gita Wirjawan) juga ada 350 ribu ton dan cukup untuk 2 bulan. Kita berterima kasih dengan pernyataan tersebut karena dapat sedikit menenangkan,” ujarnya.
Bulog diketahui telah memperoleh izin importasi kedelai sebanyak 20 ribu ton dari Kementerian Perdagangan pada Jumat, 30 Agustus 2013. Namun keputusan tersbeut tidak bisa secara cepat menurunkan harga kedelai karena masih harus melalui proses importasi dari Amerika Serikat yang setidaknya membutuhkan waktu 1-2 bulan.
Sementara dari dalam negeri, stok kedelai masih sulit diandalkan karena keterbatasan pasokan. "Ini akan (katanya) ada sekian ribu ton, tapi di Aceh cuma ada 17 ton, Madura 9 ton, Kulonprogo tidak ada, Banten juga tidak ada. Saya juga tidak mengerti makanya perlu ada penataan pertanian ini dengan baik dan benar," lanjutnya. (Dny/Shd)
"Kenaikan harga tempe tahu mungkin bisa sekitar 10-20%. Kami minta maaf kepada masyarakat kalau nanti terpaksa kami naikkan," ujar Aip di gedung Pusdiklat Perum Badan Urusan Logistik (Bulog), Jakarta Selatan, Minggu (1/9/2013).
Aip menjelaskan, kelangkaan kedelai yang membuat harga tempe dan tahu melonjak dipicu oleh beberapa hal. Salah satu pemicunya adalah ulah para spekulan yang mempermainkan pasokan dan kurs dolar yang tinggi.
"Ada juga anomali cuaca di Amerika Serikat (AS) sebagai negara eksportir kedelai ke Indonesia. Padahal di bursa komoditas Chicago cenderung menurun karena di AS dikabarkan akan panen," lanjutnya.
Harga kedelai dalam 3 bulan terakhir berada di level Rp 6.500-6.700 per kilogram (kg). Sementara pada awal Agustus menjelang lebaran, kedelai kembali naik ke level Rp 7.200 per kg. "Sekarang terendah saja Rp 8.700 dan tertinggi Rp 9.600,” tandasnya.
Aip menjelaskan, stok kedelai yang dimiliki oleh asosiasi saat ini tengah mengalami kekosongan. Stok bahan pangan tersebut kini justru banyak tersimpan di tingkat importir.
"Kata Mendag (Gita Wirjawan) juga ada 350 ribu ton dan cukup untuk 2 bulan. Kita berterima kasih dengan pernyataan tersebut karena dapat sedikit menenangkan,” ujarnya.
Bulog diketahui telah memperoleh izin importasi kedelai sebanyak 20 ribu ton dari Kementerian Perdagangan pada Jumat, 30 Agustus 2013. Namun keputusan tersbeut tidak bisa secara cepat menurunkan harga kedelai karena masih harus melalui proses importasi dari Amerika Serikat yang setidaknya membutuhkan waktu 1-2 bulan.
Sementara dari dalam negeri, stok kedelai masih sulit diandalkan karena keterbatasan pasokan. "Ini akan (katanya) ada sekian ribu ton, tapi di Aceh cuma ada 17 ton, Madura 9 ton, Kulonprogo tidak ada, Banten juga tidak ada. Saya juga tidak mengerti makanya perlu ada penataan pertanian ini dengan baik dan benar," lanjutnya. (Dny/Shd)