Baru-baru ini, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 7% guna memperkuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kian melemah.
Tak hanya Indonesia yang ketar-ketir menghadapi isu penarikan program stimulus Bank Sentral AS, India bahkan mengukir namanya sebagai negara dengan pelemahan mata uang terparah se-Asia tahun ini.
Kepanikan para investor menghadapi isu penarikan program stimulus The Fed menghajar perekonomian negara-negara berkembang Asia lewat aksi penarikan dana global.
Dampak kepanikan tersebut dapat terlihat dari pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara tersebut terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah tercatat melemah 12,4% tahun ini. Tak hanya itu, BI melaporkan defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2013 mencapai 4,4% dari PDB, naik dari 2,6% pada kuartal I-2013. Indonesia juga menderita lonjakan inflasi tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Sementara itu, India sebagai negara dengan pelemahan nilai tukar mata uang terparah sebesar 16,7% masih memberikan subsidi pangan pada warganya. Langkah ini merupakan bagian dari program pengentasan kemiskinan dan kelaparan di India.
Para analis memproyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang semakin melambat. Prediksi tersebut dipicu pemulihan ekonomi AS.
Terlebih lagi, ketidakstabilan di Timur Tengah diperkirakan tidak menganggu pemulihan ekonomi AS dan rencana penarikan program stimulus The Fed.
Berikut negara-negara Asia dengan pelemahan mata uang terparah tahun ini hingga perdagangan Jumat (30/8/2013), seperti melansir Philstar.com, Senin (2/9/2013),:
1. Rupee India: Melemah 16,7%
2. Rupiah Indonesia: Melemah 12,4%
3. Yen Jepang: Melemah 11,6%
4. Peso Filipina: Melemah 8%
5. Ringgit Malaysia: Melemah 6,9%
6. Baht Thailand: Melemah 4,9%
7. Won Korea Selatan: Melemah 4,1%
8. Dolar Singapura: Melemah 4,1%
9. Dolar Taiwan: Melemah 3%
Namun di antara negara-negara berkembang di Asia tersebut, yuan China justru menguat 1,8% terhadap dolar AS. China juga tercatat sebagai negara berkembang yang perekonomiannya paling stabil di tengah kekacauan ekonomi yang tengah terjadi di Asia. (Sis/Nur)
Tak hanya Indonesia yang ketar-ketir menghadapi isu penarikan program stimulus Bank Sentral AS, India bahkan mengukir namanya sebagai negara dengan pelemahan mata uang terparah se-Asia tahun ini.
Kepanikan para investor menghadapi isu penarikan program stimulus The Fed menghajar perekonomian negara-negara berkembang Asia lewat aksi penarikan dana global.
Dampak kepanikan tersebut dapat terlihat dari pelemahan nilai tukar mata uang negara-negara tersebut terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah tercatat melemah 12,4% tahun ini. Tak hanya itu, BI melaporkan defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2013 mencapai 4,4% dari PDB, naik dari 2,6% pada kuartal I-2013. Indonesia juga menderita lonjakan inflasi tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Sementara itu, India sebagai negara dengan pelemahan nilai tukar mata uang terparah sebesar 16,7% masih memberikan subsidi pangan pada warganya. Langkah ini merupakan bagian dari program pengentasan kemiskinan dan kelaparan di India.
Para analis memproyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang semakin melambat. Prediksi tersebut dipicu pemulihan ekonomi AS.
Terlebih lagi, ketidakstabilan di Timur Tengah diperkirakan tidak menganggu pemulihan ekonomi AS dan rencana penarikan program stimulus The Fed.
Berikut negara-negara Asia dengan pelemahan mata uang terparah tahun ini hingga perdagangan Jumat (30/8/2013), seperti melansir Philstar.com, Senin (2/9/2013),:
1. Rupee India: Melemah 16,7%
2. Rupiah Indonesia: Melemah 12,4%
3. Yen Jepang: Melemah 11,6%
4. Peso Filipina: Melemah 8%
5. Ringgit Malaysia: Melemah 6,9%
6. Baht Thailand: Melemah 4,9%
7. Won Korea Selatan: Melemah 4,1%
8. Dolar Singapura: Melemah 4,1%
9. Dolar Taiwan: Melemah 3%
Namun di antara negara-negara berkembang di Asia tersebut, yuan China justru menguat 1,8% terhadap dolar AS. China juga tercatat sebagai negara berkembang yang perekonomiannya paling stabil di tengah kekacauan ekonomi yang tengah terjadi di Asia. (Sis/Nur)