Direktur Utama PT PLN (persero), Nur Pamudji mengaku tak mau berspekulasi tentang dampak pelemahan rupiah terhadap kinerja perseroan, misalkan utang perseroan yang banyak dalam mata uang dolar.
Perseroan akan terlebih dulu memantau perkembangan akhir dari kebijakan yang diambil Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terkait kelanjutan stimulus di negara tersebut yang akan diumumkan pada pertengahan September ini.
Meski, dia memastikan perusahaan sudah menyiapkan beberapa skenario menghadapi fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.
"Kita memang sudah membuat skenario jika misalkan kondisi dolar normal, jika Rp 11 ribu bagaimana. Jadi skenario untuk melihat kondisi ke depan.Tapi kita masih menunggu dulu sampai sidang The Fed," ujar dia di Kantor Pusat PLN Jakarta, Senin (2/9/2013).
Sebelum mendapatkan kepastian dari kebijakan The Fed, Nur mengaku memilih untuk bungkam agar tidak terjadi spekulasi akan kondisi perusahaannya.
Selama ini biaya operasional PLN sebagian besar masih memakai mata uang dolar Amerika Serikat (AS), sementara pemasukan dalam rupiah. Hal ini diprediksi menjadi beban tambahan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang kelistrikan tersebut.
Dia menuturkan, perusahaan juga sedikit lega karena belum ada utahng jatuh tempo. Ada obligasi baru akan jatuh tempo 3 tahun lagi.
Dia mengaku PLN sudah lama melakukan pembelian dolar langsung ke Bank Indonesia, sejak 2008. "Ini untuk mengurangi beban pasar valuta asing supaya tidak timbul shortage," tutur dia. (Nur)
Perseroan akan terlebih dulu memantau perkembangan akhir dari kebijakan yang diambil Bank Sentral Amerika Serikat (AS) terkait kelanjutan stimulus di negara tersebut yang akan diumumkan pada pertengahan September ini.
Meski, dia memastikan perusahaan sudah menyiapkan beberapa skenario menghadapi fluktuasi rupiah terhadap dolar AS.
"Kita memang sudah membuat skenario jika misalkan kondisi dolar normal, jika Rp 11 ribu bagaimana. Jadi skenario untuk melihat kondisi ke depan.Tapi kita masih menunggu dulu sampai sidang The Fed," ujar dia di Kantor Pusat PLN Jakarta, Senin (2/9/2013).
Sebelum mendapatkan kepastian dari kebijakan The Fed, Nur mengaku memilih untuk bungkam agar tidak terjadi spekulasi akan kondisi perusahaannya.
Selama ini biaya operasional PLN sebagian besar masih memakai mata uang dolar Amerika Serikat (AS), sementara pemasukan dalam rupiah. Hal ini diprediksi menjadi beban tambahan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) bidang kelistrikan tersebut.
Dia menuturkan, perusahaan juga sedikit lega karena belum ada utahng jatuh tempo. Ada obligasi baru akan jatuh tempo 3 tahun lagi.
Dia mengaku PLN sudah lama melakukan pembelian dolar langsung ke Bank Indonesia, sejak 2008. "Ini untuk mengurangi beban pasar valuta asing supaya tidak timbul shortage," tutur dia. (Nur)