Hasil sementara Sensus Pertanian 2013 menyebut jumlah rumah tangga (RT) yang bergerak di bidang usaha pertanian sejak tahun 2003 sampai 2013 mengalami penurunan 5,04 juta RT. Tren daerah pertanian pun bergeser dari Pulau Jawa ke Luar Pulau Jawa.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia saat ini tercatat sebanyak 26,13 juta RT atau lebih rendah dari jumlah 31,17 juta RT pada 2003.
"Artinya rata-rata penurunan per tahun sebesar 1,75%," ungkap dia saat paparan Hasil Sensus Pertanian di kantornya, Jakarta, Senin (2/9/2013).
Rumah tangga usaha pertanian sendiri adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggotanya mengelola usaha pertanian mulai dari persiapan pertanian hingga penjualan. Tujuannya, sebagian atau seluruh hasilnya dijual baik untuk usaha pertanian milik sendiri, bagi hasil atau milik orang lain dengan menerima upah.
"Penurunan rumah tangga usaha pertanian tersebut seiring dengan semakin majunya sebuah negara, sehingga tren tersebut bergeser ke sektor industri, konstruksi, jasa dan sebagainya," sambung Suryamin.
Dengan kriteria tersebut, BPS mencatat jumlah usaha pertanian di Indonesia mencapai 26,13 juta rumah tangga dengan 5,49 ribu perusahaan pertanian berbadan hukum dan usaha pertanian lain sebanyak 6,17 ribu.
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan tiga provinsi dengan urutan teratas yang mempunyai basis rumah tangga usaha pertanian terbanyak masinng-masing 4,98 juta, 4,29 juta, dan 3,06 juta rumah tangga. Sementara provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling sedikit jumlah RT usaha pertanian dengan raihan 12,3 ribu rumah tangga.
Berdasarkan hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian tahun ini, komposisi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa selama 10 tahun terakhir banyak mengalami perubahan.
Pada Sensus 2003, rumah tangga usaha pertanian yang berada di Pulau Jawa mencapai porsi 57,48% dan 45,52% sisanya di luar Pulau Jawa. Namun pada tahun ini, mana komposisi rumah tangga usaha pertanian di Pulau Jawa merosot menjadi 51,38% dan di luar Pulau Jawa meningkat menjadi 48,62%.
"Penurunan rumah tangga usaha pertanian pada 2013 terbesar di tempati daerah Jawa Tengah sebanyak 1,47 juta rumah tangga, dan terendah sebesar 3,5 ribu rumah tangga di Bengkulu," ujarnya.
Peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Maluku Utara mencapai 1.000 rumah tangga dan tertinggi di Papua sebesar 158,1 ribu rumah tangga. (Fik/Shd)
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin mengatakan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Indonesia saat ini tercatat sebanyak 26,13 juta RT atau lebih rendah dari jumlah 31,17 juta RT pada 2003.
"Artinya rata-rata penurunan per tahun sebesar 1,75%," ungkap dia saat paparan Hasil Sensus Pertanian di kantornya, Jakarta, Senin (2/9/2013).
Rumah tangga usaha pertanian sendiri adalah rumah tangga yang salah satu atau lebih anggotanya mengelola usaha pertanian mulai dari persiapan pertanian hingga penjualan. Tujuannya, sebagian atau seluruh hasilnya dijual baik untuk usaha pertanian milik sendiri, bagi hasil atau milik orang lain dengan menerima upah.
"Penurunan rumah tangga usaha pertanian tersebut seiring dengan semakin majunya sebuah negara, sehingga tren tersebut bergeser ke sektor industri, konstruksi, jasa dan sebagainya," sambung Suryamin.
Dengan kriteria tersebut, BPS mencatat jumlah usaha pertanian di Indonesia mencapai 26,13 juta rumah tangga dengan 5,49 ribu perusahaan pertanian berbadan hukum dan usaha pertanian lain sebanyak 6,17 ribu.
Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat merupakan tiga provinsi dengan urutan teratas yang mempunyai basis rumah tangga usaha pertanian terbanyak masinng-masing 4,98 juta, 4,29 juta, dan 3,06 juta rumah tangga. Sementara provinsi DKI Jakarta menjadi wilayah yang paling sedikit jumlah RT usaha pertanian dengan raihan 12,3 ribu rumah tangga.
Berdasarkan hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian tahun ini, komposisi jumlah rumah tangga usaha pertanian di Pulau Jawa dan di luar Pulau Jawa selama 10 tahun terakhir banyak mengalami perubahan.
Pada Sensus 2003, rumah tangga usaha pertanian yang berada di Pulau Jawa mencapai porsi 57,48% dan 45,52% sisanya di luar Pulau Jawa. Namun pada tahun ini, mana komposisi rumah tangga usaha pertanian di Pulau Jawa merosot menjadi 51,38% dan di luar Pulau Jawa meningkat menjadi 48,62%.
"Penurunan rumah tangga usaha pertanian pada 2013 terbesar di tempati daerah Jawa Tengah sebanyak 1,47 juta rumah tangga, dan terendah sebesar 3,5 ribu rumah tangga di Bengkulu," ujarnya.
Peningkatan jumlah rumah tangga usaha pertanian di Maluku Utara mencapai 1.000 rumah tangga dan tertinggi di Papua sebesar 158,1 ribu rumah tangga. (Fik/Shd)