Sukses

Jarang Pergi ke Toilet, Michael Bloomberg Sukses Jadi Konglomerat

Sebelum jadi pengusaha, Michael Bloomberg selalu berusaha jadi yang terbaik di kantor. Dia bahkan paling jarang pergi ke toilet.

Bagi Anda yang berkecimpung di dunia jurnalistik, Anda pasti tak asing lagi dengan konglomerat Michael Bloomberg. Pria dengan kekayaan US$ 27 miliar (Rp 307,6 triliun) ini adalah pemilik dari Bloomberg News, anak usaha Bloomberg LP.

Berkat jumlah hartanya tersebut, Bloomberg dinobatkan sebagai pria terkaya dunia yang duduk di peringkat ke-13 versi Forbes. Tak hanya itu, uangnya mengantarkan dia sebagai orang terkaya ke-7 di Amerika Serikat (AS).

Tak hanya menjabat sebagai pengusaha, pria berusia 71 tahun ini juga bergerak aktif di dunia politik. Terbukti dirinya menjabat sebagai walikota New York sejak terpilih pada November 2001, dua bulan setelah gedung World Trade Center diserang teroris.

Sebagai pengusaha, dia memiliki 88% saham perusahaan yang menghasilkan uang sebesar US$ 7,9 miliar pada 2012. Diguyur harta yang melimpah, Bloomberg terkenal sangat dermawan. Dia bahkan pernah mendonasikan uangnya senilai US$ 100 juta (Rp 1,14 triliun).

Semua kesuksesannya sekarang, bukan dengan mudah diraihnya. Sebelum menjadi pengusaha, Bloomberg selalu berusaha menjadi yang terbaik di kantor. Dia menjadi karyawan yang paling jarang meninggalkan meja kerja. Bloomberg bahkan paling jarang pergi ke toilet. Uniknya, bagi dia, kebiasaan itu merupakan salah satu tips untuk sukses. Seperti apa kehidupan sebenarnya?

Bloomberg kecil sering pindah tempat tinggal

Michael Rubens Bloomberg, begitu nama lengkapnya, lahir di Valentines Day dekat Boston, Massachusetts pada 14 Februari 1942. Dia dibesarkan dalam keluarga berkelas ekonomi menengah. Ayahnya bekerja tujuh hari seminggu sebagai akuntan di perusahaan susu lokal untuk menafkahi keluarganya.

Pasangan Bloomberg yang hanya memiliki dua anak yaitu, Michael Bloomberg dan adik perempuannya, Marjorie Bloomberg Tiven pindah ke Allston, Massachussetts saat dia berusia dua tahun. Keluarga tersebut pindah lgi ke Brookline selama dua tahun, sebelum akhirnya menetap dan besar di Medford. Di sana Bloomberg tinggal hingga menyelesaikan kuliahnya di Johns Hopkins University.

Jadi tukang parkir, Bloomberg biayai kuliah sendiri

Selama menghabiskan masa kuliah di jurusan teknik listrik di Johns Hopkins University, dia hidup mandiri. Bloomberg membiayai kuliahnya dengan uang pinjaman dan bekerja sebagai tukang parkir.

Tak heran, pria turunan Polandia dan Rusia ini sempat menggegerkan sejumlah mahasiswa di Ohio’s Kenyon College lewat nasihatnya. Dia menyarankan para mahasiswa untuk belajar membiayai kuliahnya sendiri dengan menjadi tukang pipa.

Menurutnya, dengan begitu, selama kuliah empat tahun, para mahasiswa tak hanya terus-terusan mengeluarkan uang, tapi juga menghasilkannya.

Dia mengaku selalu terkesan pada lulusan baru yang datang melamar ke kantornya dan menceritakan masa liburannya dihabiskan untuk hal-hal berguna seperti mengobati kanker. Dia juga pasti merekrut orang-orang yang menghabiskan liburannya bekerja siang dan malam di perusahaan otomotif atau bangunan. Apalagi alasannya bekerja untuk meringankan beban orangtua dalam membiayai kuliahnya.

Setelah lulus dari Johns Hopkins University pada 1964 dia lalu melanjutkan kuliahnya di Harvard Business School. Dua tahun kemudian dia menerima gelar MBA dari sekolah tersebut. Dia sempat melamar sebagai Officer Candidate School Angkatan Militer AS untuk ikut perang vietnam, tapi ditolak karena kakinya tidak sesuai standar.

Bloomberg jarang ke toilet saat bekerja

Pada 1966, setelah mengalami penolakan bergabung di perang Vietnam, dia lalu melamar kerja di salah satu perusahaan Wall Street, Salomon Brothers. Karirnya berkembang dengan pesat di Salomon mengawasi perdagangan ekuitas dan penjualan. Dia lalu dipercaya mengelola sistem informasi perusahaan.

Dia mengatakan, dirinya selalu berusaha menjadi yang pertama datang ke kantor dan yang paling terakhir meninggalkan kantor. Dia selalu bekerja keras dan merupakan karyawan yang paling jarang pergi berlibur. Bloomberg tak pernah mau menghabiskan banyak waktu di luar meja kerjanya.

Dia menghabiskan waktu paling sedikit untuk makan siang dan pergi ke toilet. Bloomberg menuntut dirinya untuk selalu berada di kantor. Meski semua orang mengatakan hal tersebut sebagai tindakan gila, tapi bagi Bloomberg, mengendalikan diri adalah bagian penting untuk mencapai kesuksesan.

Sayang sekali, saat Salomon diakuisisi pada 1981, Bloomberg harus rela menelan kenyataan pahit saat dia dipecat dari perusahaan tersebut.

Setelah dipecat, Bloomberg justru jadi pengusaha kaya

Pasca pemecatannya, dengan modal US$ 10 juta dari penjualan sahamnya, dia sadar bisa mendirikan sebuah perusahaan sendiri. Dia lalu menggunakan modal tersebut untuk mendirikan Innovative Market Systems.

Pada 1982, perusahaan Bloomberg mengembangkan terminal komputer yang mengawasi dan menganalisa informasi pasar keuangan tepat waktu. Klien pertamanya tak tanggung-tanggung adalah Merrill Lynch yang langsung memesan 20 terminal baru.

Seiring perkembangannya, perusahaan tersebut berganti nama menjadi Bloomberg L.P empat tahun kemudian. Tak puas dengan bisnis sistem informasinya, dia lalu mendirikan anak perusahaan Bloomberg LP, yaitu Bloomberg News. Anak usaha tersebut merupakan agen media yang mengoperasikan channel berita TV di seluruh dunia dan sebuah portal web.

Dari seluruh bisnisnya inilah, Bloomberg berhasil menjadi salah satu orang terkaya dunia dengan harta senilai  US$ 27 miliar (Rp 307,6 triliun). Tak hanya itu, di AS dia merupakan orang terkaya ke-7.

Selain pebisnis, dia juga terpilih sebagai walikota selama tiga periode berturut-turut sejak 2001. Meski pada pemilihannya yang ketiga, Bloomberg sempat menuai kontroversi. Dia mengajukan batas masa jabatan walikota diubah dari dua menjadi tiga periode.

Kehidupan pribadi Bloomberg

Bloomberg mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi Susan Brown pada 1975. Dari pernikahannya tersebut, dia dianugerahi dua anak perempuan. Emma Bloomberg lahir pada 1979 dan adiknya Georgina Bloomberg lahir empat tahun berikutnya.

Pada 1993 Bloomberg bercerai dengan Susan Brown. Meski sudah bercerai, mantan istrinya tersebut masih berhubungan baik dengan Bloomberg. Saat ini, konglomerat dengan harta ratusan triliun tersebut tengah berpacaran dengan Diana Taylor yang merupakan rekan kerjanya sendiri.

Bicara soal harta dan warisan untuk keluarga, Bloomberg mengaku tak akan mewariskan sepeser pun uangnya pada kedua anaknya. Dalam suratnya pada The Giving Pledge, Bloomberg menulis, hampir seluruh kekayaannya akan disumbangkan, selama dia masih hidup atau telah meninggal.

Bloomberg terkenal sangat dermawan dan loyal. Jutaan dolar didonasikan untuk Johns Hopkins University, Carnegie Corporation, dan ribuan organisasi non-profit lainnya. Walikota New York ini hanya menerima bayaran US$ 1 (Rp 10.941) per tahun atas seluruh tugas pemerintahannya. Kehidupan sehari-harinya dipenuhi dari hasil bisnisnya. (Sis/Igw)