Sukses

Pengusaha: Bulog Monopoli Kedelai Selama 20 Tahun

Pengusaha Tahu Tempe Aip Syarifudin mengaku Perum Bulog pernah memonopoli kedelai di Tanah Air selama hampir 20 tahun.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Pengusaha Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), Aip Syarifudin mengaku Perum Bulog pernah memonopoli kedelai di Tanah Air selama hampir 20 tahun.

"Hampir 20 tahun, kedelai dikelola atau di monopoli oleh Bulog. Kehidupan para pengrajin dan petani kedelai pun bisa berswasembada kedelai pada tahun 1992-1993. Inilah zaman keemasan kami," kata dia saat RDP Permasalahan Impor Kedelai di Kantor KPPU, Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Lebih jauh Aip menjelaskan, kondisi itu berubah ketika International Monetary Fund (IMF) pada tahun 1998 mengeluarkan kebijakan perdagangan bebas. Sehingga Bulog tak lagi menangani kedelai dan menyerahkan seluruhnya kepada para importir dan lainnya.

"Penanganan kedelai oleh importir dilakukan sampai saat ini. Tapi untuk persoalan suplai dan demand tetap ada dan tersedia, khususnya impor. Masalahnya cuma harga yang gonjang ganjing," ujarnya.

Namun, Aip mengungkapkan pengusaha dan petani kedelai sangat menyambut antusias saat pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 32/2013 pada Mei atau Juni lalu.

"Karena tata niaga kedelai akhirnya ditugaskan kembali kepada Bulog, sehingga dengan Perpres ini Bulog bisa berperan lagi dan bersinergi mengelola kedelai," ujarnya.

Aip menambahkan, Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) juga mengatur stabilisasi harga kedelai dengan membeli kedelai dari petani lokal sebesar Rp 7 ribu per kilo.

"Dari harga jual yang ditetapkan petani sebesar Rp 5,5 ribu-Rp 6,5 ribu seperti di Grobogan yang punya kualitas baik tapi ditugaskan menyerap Rp 7 ribu per kilo. Tapi kami siap membelinya," tukasnya. (Fik/Ndw)