PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero mengaku telah mengevaluasi pembayaran atau kontrak pembelian komponen maupun lokomotif dari luar negeri sejak harga dolar Amerika Serikat (AS) melambung tinggi. KAI juga akan menjual rupiah untuk membayar pemesanan barang-barang impor.
Langkah ini sejalan dengan himbauan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang mendesak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menunda atau menjadwal ulang impor lokomotif supaya mengendalikan inflasi impor.
"Belum ada himbauan dari Kemendag kepada kami soal hal tersebut. Namun dari internal, kami telah mengambil langkah untuk menunda impor suku cadang (spare part) yang sifatnya tidak terlalu emergency," ujar Kepala Humas KAI, Sugeng Priyono saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (6/9/2013).
Lebih jauh dia menjelaskan, sejak nilai tukar rupiah melemah sampai Rp 10 ribu per dolar AS, direksi telah menghimbau kepada seluruh jajaran manajemen untuk mengevaluasi segala bentuk pembayaran dalam bentuk dolar.
"Pembayaran maupun kontrak pembelian komponen dan lokomotif dengan dolar perlu dievaluasi sampai kondisi rupiah kembali stabil," ucapnya.
Selama ini, Sugeng mengatakan, KAI kerap mengimpor spare part dan lokomotif dari beberapa negara, antara lain AS, Jerman, Jepang dan sebagainya.
"Tapi penundaan tidak berlaku bagi barang yang sifatnya emergency, seperti perangkat lokomotif, dan lainnya. Jadi dievaluasi sampai tahun ini saja," jelas dia.
Dia berharap, penguatan dolar AS dapat segera berakhir mengingat dampaknya sangat terasa bagi para pelaku usaha, termasuk KAI.
"Antisipasi kami untuk tetap melakukan pembayaran adalah dengan menjual rupiah tapi tidak secara membabi buta," terang Sugeng.(Fik/Nur)
Langkah ini sejalan dengan himbauan Kementerian Perdagangan (Kemendag) yang mendesak Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menunda atau menjadwal ulang impor lokomotif supaya mengendalikan inflasi impor.
"Belum ada himbauan dari Kemendag kepada kami soal hal tersebut. Namun dari internal, kami telah mengambil langkah untuk menunda impor suku cadang (spare part) yang sifatnya tidak terlalu emergency," ujar Kepala Humas KAI, Sugeng Priyono saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (6/9/2013).
Lebih jauh dia menjelaskan, sejak nilai tukar rupiah melemah sampai Rp 10 ribu per dolar AS, direksi telah menghimbau kepada seluruh jajaran manajemen untuk mengevaluasi segala bentuk pembayaran dalam bentuk dolar.
"Pembayaran maupun kontrak pembelian komponen dan lokomotif dengan dolar perlu dievaluasi sampai kondisi rupiah kembali stabil," ucapnya.
Selama ini, Sugeng mengatakan, KAI kerap mengimpor spare part dan lokomotif dari beberapa negara, antara lain AS, Jerman, Jepang dan sebagainya.
"Tapi penundaan tidak berlaku bagi barang yang sifatnya emergency, seperti perangkat lokomotif, dan lainnya. Jadi dievaluasi sampai tahun ini saja," jelas dia.
Dia berharap, penguatan dolar AS dapat segera berakhir mengingat dampaknya sangat terasa bagi para pelaku usaha, termasuk KAI.
"Antisipasi kami untuk tetap melakukan pembayaran adalah dengan menjual rupiah tapi tidak secara membabi buta," terang Sugeng.(Fik/Nur)