Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan, penyusutan produksi kedelai dalam negeri berpotensi disebabkan karena tiga alasan, termasuk daya tarik bertani yang tak lagi menggairahkan bagi para petani. Â
"Memang perlu upaya khusus dari pemerintah, mungkin saja karena tanahnya yang tidak cocok untuk semua jenis kedelai," ungkap dia usai Paparan Peningkatan Wawasan Statistik Pertanian di Bogor, Jumat (7/9/2013).
Penyebab lain, Suryamin memperkirakan karena jenis kedelai yang tumbuh di Indonesia tidak begitu bagus sehingga impor memang mesti direalisasikan pemerintah.
"Bisa juga apakah harga jual petani menguntungkan atau tidak bagi dirinya, kalau tidak menguntungkan lebih baik beralih ke sektor lain. Namun disarankan jangan terus-terusan impor supaya suplai kedelai dalam negeri bisa meningkat," jelasnya.
Terkait harga pembelian pemerintah (HPP) pada Juli 2013 sebesar Rp 7.450, Suryamin mengatakan, BPS belum menghitung soal struktur ongkos produksi. Pasalnya itu masuk dalam agenda Sensus Pertanian tahapan ketiga yang akan berlangsung pada Mei 2014.
"Sekarang banyak yang mempengaruhi inflasi. Tapi swasembada bisa dilakukan jika upaya pemerintah agar produksi kedelai lokal bisa ditingkatkan meskipun ada penurunan jumlah petani menjadi 26,13 juta rumah tangga," tandas dia. Â
BPS memperkirakan, produksi kedelai sepanjang tahun ini akan terkerek naik 0,47% menjadi 847,16 ribu ton biji kering dibanding produksi kedelai 2012 sebesar 843,02 ribu ton biji kering. Jumlah produksi kedelai tahun lalu ini lebih rendah 0,96% dari tahun 2011.
"Ini berdasarkan data kami dan Kementerian Pertanian, di mana kebutuhan kedelai lebih besar dari produksi dalam negeri sehingga masih memerlukan impor," tukas Suryamin. (Fik/Ndw)
"Memang perlu upaya khusus dari pemerintah, mungkin saja karena tanahnya yang tidak cocok untuk semua jenis kedelai," ungkap dia usai Paparan Peningkatan Wawasan Statistik Pertanian di Bogor, Jumat (7/9/2013).
Penyebab lain, Suryamin memperkirakan karena jenis kedelai yang tumbuh di Indonesia tidak begitu bagus sehingga impor memang mesti direalisasikan pemerintah.
"Bisa juga apakah harga jual petani menguntungkan atau tidak bagi dirinya, kalau tidak menguntungkan lebih baik beralih ke sektor lain. Namun disarankan jangan terus-terusan impor supaya suplai kedelai dalam negeri bisa meningkat," jelasnya.
Terkait harga pembelian pemerintah (HPP) pada Juli 2013 sebesar Rp 7.450, Suryamin mengatakan, BPS belum menghitung soal struktur ongkos produksi. Pasalnya itu masuk dalam agenda Sensus Pertanian tahapan ketiga yang akan berlangsung pada Mei 2014.
"Sekarang banyak yang mempengaruhi inflasi. Tapi swasembada bisa dilakukan jika upaya pemerintah agar produksi kedelai lokal bisa ditingkatkan meskipun ada penurunan jumlah petani menjadi 26,13 juta rumah tangga," tandas dia. Â
BPS memperkirakan, produksi kedelai sepanjang tahun ini akan terkerek naik 0,47% menjadi 847,16 ribu ton biji kering dibanding produksi kedelai 2012 sebesar 843,02 ribu ton biji kering. Jumlah produksi kedelai tahun lalu ini lebih rendah 0,96% dari tahun 2011.
"Ini berdasarkan data kami dan Kementerian Pertanian, di mana kebutuhan kedelai lebih besar dari produksi dalam negeri sehingga masih memerlukan impor," tukas Suryamin. (Fik/Ndw)