Menteri Keuangan Chatib Basri mengungkapkan Indonesia telah memperoleh kesepakatan perjanjian pinjaman dana (bilateral swap) dengan tiga negara. Dana tersebut akan digunakan sebagai cadangan modal untuk mengantisipasi krisis.
"Ada tiga negara, salah satunya dengan Jepang yang sudah berkomitmen atau bilateral swap dengan Jepang sekitar US$ 12 miliar," terang dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/9/2013).
Meski enggan menyebut dua negara lain yang sudah siap memberikan kucuran dana, namun Chatib menyebutkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan terus mencari tambahan dana dari negara lain.
Indonesia sendiri, lanjutnya, sudah memiliki cadangan modal sebesar US$ 5,5 miliar, sehingga total keseluruhan komitmen dana saat ini mencapai US$ 17,5 miliar.
"Jadi sebetulnya pasar tidak perlu panik karena sekarang ada second line deffence sekitar US$ 17,5 miliar. Tidak perlu khawatir kalau ada capital outflow karena uangnya ada untuk deffence," ucap dia.
Untuk skema yang digunakan, Chatib bilang akan menyerahkan sepenuhnya kepada Bank Indonesia. Namun dia memperkirakan, akan memakai skema second line deffence.
"Anda katakan pasar panik tapi menurut pengalaman kami tahun 2005 dan 2008 (cadangan) tidak dipakai. Tapi kalau kami bilang ada uangnya, pasar akan merasa aman. Padahal berdasarkan pengalaman, kondisi tahun 2008 lebih parah dan berlangsung cukup panjang," ujar dia.
Chatib menggambarkan, pada saat itu, nilai tukar rupiah menembus Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) pada September 2008. Kemudian terus menguat hingga menembus Rp 12 ribu per dolar AS dan turun sedikit menjadi Rp 11 ribu per dolar AS sampai pertengahan 2009.
"Dalam kondisi itu pasti ada kekhawatiran pasar, jadi bilateral swap disiapkan tapi kenyataanya tidak kami pakai. Jadi mudah-mudahan situasi sekarang tidak seburuk 2008 dan walaupun memburuk, diharapkan bilateral swap tidak kami pakai," tuturnya. (Fik/Ndw)
"Ada tiga negara, salah satunya dengan Jepang yang sudah berkomitmen atau bilateral swap dengan Jepang sekitar US$ 12 miliar," terang dia saat ditemui di Gedung DPR, Jakarta, Senin (9/9/2013).
Meski enggan menyebut dua negara lain yang sudah siap memberikan kucuran dana, namun Chatib menyebutkan pemerintah dan Bank Indonesia (BI) akan terus mencari tambahan dana dari negara lain.
Indonesia sendiri, lanjutnya, sudah memiliki cadangan modal sebesar US$ 5,5 miliar, sehingga total keseluruhan komitmen dana saat ini mencapai US$ 17,5 miliar.
"Jadi sebetulnya pasar tidak perlu panik karena sekarang ada second line deffence sekitar US$ 17,5 miliar. Tidak perlu khawatir kalau ada capital outflow karena uangnya ada untuk deffence," ucap dia.
Untuk skema yang digunakan, Chatib bilang akan menyerahkan sepenuhnya kepada Bank Indonesia. Namun dia memperkirakan, akan memakai skema second line deffence.
"Anda katakan pasar panik tapi menurut pengalaman kami tahun 2005 dan 2008 (cadangan) tidak dipakai. Tapi kalau kami bilang ada uangnya, pasar akan merasa aman. Padahal berdasarkan pengalaman, kondisi tahun 2008 lebih parah dan berlangsung cukup panjang," ujar dia.
Chatib menggambarkan, pada saat itu, nilai tukar rupiah menembus Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) pada September 2008. Kemudian terus menguat hingga menembus Rp 12 ribu per dolar AS dan turun sedikit menjadi Rp 11 ribu per dolar AS sampai pertengahan 2009.
"Dalam kondisi itu pasti ada kekhawatiran pasar, jadi bilateral swap disiapkan tapi kenyataanya tidak kami pakai. Jadi mudah-mudahan situasi sekarang tidak seburuk 2008 dan walaupun memburuk, diharapkan bilateral swap tidak kami pakai," tuturnya. (Fik/Ndw)