Kenaikan sektor perindustrian pada China seakan menunjukkan ekonomi negara tersebut kembali menggeliat. Kondisi ini tentu akan berdampak positif terhadap ekonomi bangsa ini mengingat China merupakan pasar utama ekspor Indonesia.
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengungkapkan, hubungan perdagangan antara Indonesia dan China sangat bagus, meski dari kapasitas ekonomi Negeri Tirai Bambu itu memiliki kapasitas lebih besar.
"Mereka (China) kan sudah raksasa dengan kapasitas perdagangan di dunia mencapai 20 kali lipatnya dari Indonesia. Market share China di dunia bisa 3,6% sedangkan Indonesia baru 1,8%," ungkap dia di Jakarta, Rabu (11/9/2013) malam.
Saking dekatnya, lanjut Ade, apapun yang terjadi dengan negara China maka akan berimbas terhadap Indonesia. Salah satunya perlambatan pertumbuhan ekonomi China sehingga mendorong pemerintah setempat untuk mengoreksi target dari 7,7% menjadi 7,5% tahun ini.
"Kalau China turun, Indonesia bisa sakit. Jika China sakit, maka kita bisa masuk ICU. Jadi China tidak boleh sakit, dan harus tetap sehat supaya Indonesia bisa ikut sehat," katanya.
Ade mengakui, pemulihan ekonomi China dapat mengerek kembali permintaan ekspor maupun perbaikan harga komoditas Indonesia.
"Ekspor pasti meningkat, karena mereka impor ke Indonesia juga bertambah. Juga China akan terus investasi besar-besaran, seperti membangun smelter dan sebagainya sehingga ada kebutuhan pembelian bahan baku. Jadi ini sangat bagus sekali," tandas Ade.
Seperti diketahui, Biro Statistik Nasional China melansir data investasi di pabrik-pabrik dan aset tetap lain di China merangkak naik 20,3% hingga Agustus 2013 dibanding 20,1% periode Januari-Juli ini.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi Cina mulai terlihat. Produksi perindustrian negara ini naik 10,4% atau meningkat dibanding Juli yang mencapai 9,7%. Bahkan produksi pabrik-pabrik di China pada bulan kedelapan ini mengalami laju tercepat tahun ini. (Fik/Ndw)
Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Ade Sudrajat mengungkapkan, hubungan perdagangan antara Indonesia dan China sangat bagus, meski dari kapasitas ekonomi Negeri Tirai Bambu itu memiliki kapasitas lebih besar.
"Mereka (China) kan sudah raksasa dengan kapasitas perdagangan di dunia mencapai 20 kali lipatnya dari Indonesia. Market share China di dunia bisa 3,6% sedangkan Indonesia baru 1,8%," ungkap dia di Jakarta, Rabu (11/9/2013) malam.
Saking dekatnya, lanjut Ade, apapun yang terjadi dengan negara China maka akan berimbas terhadap Indonesia. Salah satunya perlambatan pertumbuhan ekonomi China sehingga mendorong pemerintah setempat untuk mengoreksi target dari 7,7% menjadi 7,5% tahun ini.
"Kalau China turun, Indonesia bisa sakit. Jika China sakit, maka kita bisa masuk ICU. Jadi China tidak boleh sakit, dan harus tetap sehat supaya Indonesia bisa ikut sehat," katanya.
Ade mengakui, pemulihan ekonomi China dapat mengerek kembali permintaan ekspor maupun perbaikan harga komoditas Indonesia.
"Ekspor pasti meningkat, karena mereka impor ke Indonesia juga bertambah. Juga China akan terus investasi besar-besaran, seperti membangun smelter dan sebagainya sehingga ada kebutuhan pembelian bahan baku. Jadi ini sangat bagus sekali," tandas Ade.
Seperti diketahui, Biro Statistik Nasional China melansir data investasi di pabrik-pabrik dan aset tetap lain di China merangkak naik 20,3% hingga Agustus 2013 dibanding 20,1% periode Januari-Juli ini.
Tanda-tanda pemulihan ekonomi Cina mulai terlihat. Produksi perindustrian negara ini naik 10,4% atau meningkat dibanding Juli yang mencapai 9,7%. Bahkan produksi pabrik-pabrik di China pada bulan kedelapan ini mengalami laju tercepat tahun ini. (Fik/Ndw)